Bisnis.com, PEKANBARU—Krisis listrik yang terjadi di Riau menghambat pertumbuhan ekonomi Riau triwulan III-2013.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau merilis sektor listrik, gas dan air bersih mengalami penurunan (kontraksi) sebesar 0,81% jika dibandigkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau Mawardi Arsyad mengatakan produksi listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Wilayah Riau dan Kepulauan Riau pada triwulan III-2013 sangat minim, sehingga sektor tersebut dikategorikan mengalami penurunan.
“Lihat saja lampu sering mati hidup beberapa bulan belakangan ini, itu saja sudah bisa kita jadikan indikator untuk mengatakan sektor listrik mengalami kontraksi,” katanya, Rabu (6/11/2013).
Namun secara umum, pertumbuhan ekonomi Riau termasuk migas triwulan III-2013 mengalami pertumbuhan 2,67% dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (q-to-q). Sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, ekonomi Riau termasuk migas tumbuh sebesar 2,35% (y-o-y).
Mawardi mengatakan terjadinya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2013 tersebut karena besarnya sumbangan dari sektor industri pengolahan yang mengalami kenaikan 4,55% dari triwulan sebelumnya (q-to-q).
“Pada triwulan III-2013 produksi minyak mentah sawit mengalami peningkatan, meskipun harganya turun, tetapi yang kita hitung jumlah produksinya,” katanya.
Selain itu, sektor angkutan dan komunikasi juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% dan sektor konstruksi juga mengalami peningkatan sebesar 3,11% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
“Peluang investasi terbuka lebar, konstruksi bangunan, angkutan dan komunikasi akan semakin penting untuk dibangun di Riau,” katanya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Riau tanpa migas pada triwulan III-2013 juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), dan naik sebesar 4% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-o-y).
Mawardi mengatakan pertumbuhan ekonomi Riau tanpa migas juga terjadi pada semua sektor ekonomi. Menurutnya, industri pengolahan tetap menjadi penyumbang terbesar yakni 7,87% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, pada triwulan III-2013 berdasarkan struktur pendapatan domestic regional bruto (PDRB) termasuk migas, sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi tertinggi mencapai 33,44%.
Namun, jika tanpa migas sektor tertinggi yang memberikan kontribusi bagi perekonomian Riau adalah pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 28,20%. “Kue ekonomi di Riau itu memang terbesar di sektor pertambangan, dan nomor dua itu pertanian, dari dua sektor tersebutlah perekonomian riau bisa tinggi,” katanya. (Aang Ananda Suherman)