Bisnis.com, YOKOHAMA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan presentasinya pada kesempatan pertama dalam seminar dengan tema Introducing Low Carbon Cities in Asia yang merupakan salah satu agenda Smart City Week 2013.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan pencapaian terkini atas kerja sama dengan kota di Jepang dalam pengembangan kota rendah karbon.
“Kerja sama ini dimulai dari pengenalan teknologi rendah karbon pada Industrial Estate dan Advancement of Infrastructure seperti pengelolaan limbah (wastewater treatment). Selanjutnya, merealisasikan komunitas cerdas (smart community) dan komunitas rendah karbon di sekitar area. Dan terakhir, komunitas cerdas di seluruh kota,” jelasnya, Selasa (22/10).
Seminar mengenai rendah karbon ini merupakan rangkaian dari Smart City Week 2013 yang diselenggarakan oleh Nikkei Business Publication, Inc. Acara berlangsung pada 21-25 Oktober 2013 bertempat di Pacifico Yokohama Conference Center, Yokohama, Jepang.
Rismaharini menambahkan sampai saat ini jumlah sampah yang masuk ke TPA (tempat pembuangan akhir) sudah sedikit sekali. “Dengan teknologi yang mereka berikan, sampah-sampah sudah habis. Mereka juga akan membantu membangun pusat kompos terbesar dengan mengambil sampah dari pasar-pasar,” tuturnya.
Seperti diketahui, penandatanganan nota kesepahaman Green Sister City Surabaya-Kitakyushu ditandatangani pada November tahun lalu.
Namun, hubungan antara hubungan antara ibu kota Jawa Timur dengan kota yang terletak di Provinsi Fukuoka, Kyushu, itu sudah berlangsung sejak 1997. Saat itu, kerjasama dimulai dengan penandatanganan Joint Declaration of The Kitakyushu Conference on Environmental Cooperation among Cities in the Asian Region.
Selama 1998 hingga 2006, fokus kerja sama kedua belah pihak yakni di bidang pengelolaan sampah. Pada 2007, pihak Kitakyushu memberikan bantuan kepada Pemkot Surabaya guna mendukung pelaksanaan Program Revitalisasi Kalimas yang meliputi dua hal, yaitu peningkatan kualitas air dan pengembangan partisipasi masyarakat.
“Kerja sama ini sudah berjalan sekitar 10 tahun. Dan yang jelas sekarang ini lingkungan kita menjadi lebih bagus. Kalau dulu Surabaya terkenal gersang, sekarang lebih indah karena kompos kompos itu kita gunakan untuk menanam pohon. Selain itu, juga Surabaya kini tidak banjir dan penyakit yang disebabkan oleh sanitasi juga turun.”
Dampak lain, tuturnya, pertumbuhan ekonomi masyarakat juga meningkat. Dana yang diperoleh dari penjualan kompos itu mampu mencapai Rp70 juta per bulan.
“Tiap keluarga itu setor sampah kering, seperti koran, ke bank sampah. Selanjutnya ditimbang dan dihitung berapa harganya. Pengelola bank sampah ini belum tentu pengurus RT, tetapi tokoh masyarakat yang dipilih."
Karena banyak sampah yang masuk, pendapatnya bisa sampai Rp70 juta per bulan. Ini biasanya dikelola oleh kelurahan yang cakupannya memang cukup luas.