Bisnis.com, DAMASKUS - Para pakar pada Minggu (7/10/2013) menghancurkan hulu-hulu ledak peluru kendali, bom-bom udara serta peralatan yang mengandung kimia di Suriah.
Minggu merupakan hari pertama pelaksanaan kampanye pemusnahan persenjataan kimia Suriah, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Operasi yang dijalankan oleh personil Suriah di bawah pengawasan oleh para pakar perlucutan senjata internasional itu dilakukan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Resolusi tersebut akan memastikan agar Damaskus melepaskan senjata-senjata yang dilarang.
Para pekerja Suriah sedang menghancurkan atau melumpuhkan "sejumlah hal", termasuk "hulu ledak peluru kendali, bom-bom udara serta peralatan yang berisi kimia," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Tim itu menghadapi tugas yang sulit dalam memusnahkan 1.000 ton zat saraf sarin, gas kimia dan persenjataan terlarang lainnya di lusinan lokasi di Suriah hingga pertengahan tahun 2014.
Para pakar, yang tiba di pada hari Selasa itu, juga sedang "mengawasi, memeriksa dan membuat laporan" apakah pemerintahan Assad memberikan informasi akurat menyangkut persediaan senjata kimianya.
Sementara itu, operasi pemusnahan itu sedang berlangsung, Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah wawancara memberikan pengakuan bahwa pemerintahnya telah melakukan "kesalahan-kesalahan" dalam konflik brutal yang terjadi di negara itu.
Namun, ia kembali membantah bahwa pasukannya telah menggunakan senjata kimia dalam serangan tanggal 21 Agustus lalu yang menewaskan ratusan warga sipil.
Serangan itu membuat Amerika Serikat mengeluarkan ancaman untuk menyerang dan akhirnya memaksa PBB mengeluarkan resolusi yang mewajibkan Suriah menyerahkan persenjataannya.
Sementara itu di Damaskus, berondongan mortar menggempur sebuah kompleks perumahan warga Kristen hingga menewaskan delapan orang.
Utusan khusus PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi menyeru pemerintahan Assad dan para pemberontak untuk melakukan pembicaraan damai "tanpa syarat-syarat apa pun." OPCW sebelumnya telah mengatakan bahwa metode-metode lainnya untuk membuat fasilitas-fasilitas produksi Suriah menjadi tidak bisa dipakai lagi bisa dengan alat-alat peledak, godam atau pengucuran beton.
Suriah setuju untuk menyerahkan persenjataan kimianya di bawah resolusi PBB bulan lalu, yang sekaligus mengabadikan tercapainya kesepakatan antara Washington dan Moskow yang ditujukan untuk mencegah aksi militer AS.
Di bawah resolusi itu, fasilitas-fasilitas produksi dan pencampuran senjata kimia milik Suriah pada 1 November mendatang sudah harus dihancurkan.
Pemimpin PBB Ban Ki-moon pada Senin dijadwalkan akan memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB.
Laporan itu berisi lebih banyak informasi mengenai logistik menyangkut apa yang dianggap sebagai operasi perlucutan senjata terbesar dan paling berbahaya yang pernah dilakukan karena perang di Suriah masih berkobar. (Antara)