Bisnis.com, ASTANA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan tiba di Bandara Internasional Astana, Kazakhstan, pada Minggu malam sekitar pukul 21.45 waktu setempat atau 22.45 WIB.
Didampingi Ibu Ani Yudhoyono, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa beserta Ibu Sranya Natalegawa, Presiden kemudian menuju hotel tempat menginap.
Kunjungan kenegaraan dan serangkaian pertemuan bilateral yang menjadi agenda lawatan Presiden Yudhoyono ke Kazakhstan akan dilakukan pada Senin (2/9/2013) dan Selasa (3/9/2013).
Kazakhstan merupakan persinggahan pertama Presiden beserta rombongan dalam rangkaian kunjungan ke tiga negara, Kazakhstan, Polandia, dan Rusia, yang akan berlangsung selama sepekan, 1-7 September.
Sebelumnya dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Yudhoyono mengatakan salah satu agenda kunjungannya ke Kazakhstan adalah untuk memperluas kerja sama ekonomi dan investasi serta menjajaki kerja sama di bidang energi.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan kunjungan Presiden ke Astana dilakukan atas undangan Presiden Nursultan Nazarbayev dan merupakan kunjungan balasan terhadap kunjungan Nazabayev.
Selama di Astana, menurut Faizasyah, Presiden akan melakukan pertemuan bilateral dengan Nazarbayev dan membahas sejumlah bidang kerja sama antara lain terkait kerja sama perdagangan dan investasi, kerja sama ketahanan pangan dan energi, kerja sama sosial budaya, dan kerja sama pendidikan.
Presiden Yudhoyono dan Presiden Kazakhstan juga dijadwalkan akan menyaksikan penandatanganan lima nota kesepahaman di bidang ekonomi, penanggulangan terorisme, pencucian uang dan pembiayaan terorisme, kebudayaan, serta pendidikan dan pelatihan diplomatik.
Selain itu, Presiden dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Kazakhstan Serik Akhmetov dan pelaku bisnis utama Kazakhstan.
Menurut Faizasyah, Kazakhstan merupakan negara di Asia Tengah yang terus mencatat pertumbuhan ekonomi positif dan menghasilkan beragam produk pertanian, khususnya gandum dan kaya akan sumber daya alam, utamanya minyak dan gas.
Dia menilai Indonesia dapat membangun kerja sama dengan Kazakhstan yang saling menguntungkan di bidang perdagangan, serta ketahanan energi dan pangan.
Dari Kazakhstan, Presiden beserta rombongan akan bertolak menuju Warsawa, Polandia, guna memenuhi undangan yang disampaikan oleh Presiden Polandia.
Kunjungan itu, menurut Faizasyah, merupakan kunjungan ketiga kalinya yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia ke Polandia sejak dibukanya hubungan diplomatik pada 1955. Kunjungan pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 1959 dan yang kedua oleh Presiden Megawati pada 2003.
Selama di Polandia, Presiden dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Polandia Bronis'aw Komorowski, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, dan Ketua Senat Polandia Bogdan Borusewicz.
Bidang-bidang kerja sama yang akan dibahas pada pertemuan bilateral dengan Presiden Polandia, menurut Faizasyah, utamanya adalah kerja sama di bidang perdagangan dan investasi, pertambangan, energi dan lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Pada kesempatan kunjungan kenegaraan itu akan ditandatangani nota kesepahaman di berbagai bidang, di antaranya di bidang perikanan, pertanian, perdagangan, investasi, pertambangan, dan pendidikan serta perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor dinas dan diplomatik.
Faizasyah menyebut Polandia sebagai mitra dagang terbesar ketiga Indonesia di Eropa Tengah dan Timur. Polandia juga cukup terpandang dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan.
Dia mengatakan selain memanfaatkan posisi strategis Polandia di Eropa Tengah dan Timur, Indonesia dapat membangun kerja sama di bidang teknologi ramah lingkungan sejalan dengan kebijakan pro lingkungan yang dimajukan pemerintah.
Kunjungan terakhir adalah ke St. Petersburg, Rusia, untuk menghadiri Pertemuan Puncak G20 yang akan membahas situasi perekonomian dunia terkini.