Bisnis.com, BATAM – Kamar Dagang dan Industri Provinsi Kepulauan Riau mengungkapkan bahan-bahan pangan impor di Kota Batam mengalami kenaikan harga hingga di atas 10% akibat pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar.
Kadin Kepri telah menerima laporan dari para pengimpor bahan pangan untuk Batam, Kepulauan Riau yang sudah menghentikan pesanan dari luar negeri.
Mereka tidak sanggup menanggung kenaikan harga akibat pelemahan rupiah. Padahal, 80% pangan Batam dipasok dari impor.
Paulus Amat Tantoso, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Kadin Provinsi Kepri, menyebutkan penghentian impor bahan pangan ini sudah terjadi sejak awal pekan ini karena Rupiah terus melemah terhadap Dolar Singapura.
“Dalam 12 hari saja kami hitung depresiasi nilai tukar sudah mencapai 11%, sudah pasti pedagang akan menaikkan harga di atas 10% khususnya barang – barang yang diperoleh dari impor,” kata dia, Jumat (30/8/2013).
Dia menjelaskan para pengimpor membayar pesanan dengan dollar Amerika Serikat atau Singapura. Pada Rabu, kurs sudah menyentuh Rp 11.500 per 1 US$ dan Rp 8.700 per 1 Sing$.
“Kami mau jual berapa kalau harga pembelian sudah naik setinggi itu. Kami beli pakai dollar dan jual pakai Rupiah. Biaya-biaya sebagian besar dalam dollar Singapura,” tuturnya.
Amat mendesak pemerintah melakukan tiga hal. Pertama, mendesak agar pengelola pasar dan pusat perbelanjaan mengenaka sewa ruangan dalam mata uang Rupiah.
“Selama ini sewa dihitung dalam dollar Singapura. Kalau bisa dalam rupiah, biaya distribusi bisa ditekan,” ujarnya.
Kedua, kata dia, pemerintah daerah sudah harus menyiapkan sistem logistik daerah untuk membuat sistem persediaan bahan pangan penyangga ketika pasokan berkurang dan harga merangkak naik.
“Terakhir, dalam jangka panjang, penyediaan bahan pangan produksi lokal sudah harus ditingkatkan melalui optimalisasi peran petani lokal. Secara bertahap ketergantungan impor harus dikurangi,” tandas Amat.