Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya memberantas tuna aksara, terutama bagi penduduk yang tinggal di kawasan terluar, terpencil, dan tertinggal (3T).
Musliar Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, mengatakan pada 2013 pemerintah memprioritaskan program berantas tuna aksara, terutama fokus pada keaksaraan dasar bagi penduduk yang tinggal di wilayah 3T, dan masyarakat kurang beruntung lainnya.
"Masih banyak daerah yang angka tuna aksaranya tinggi. Misalnya Papua, tingkat keaksaraan hanya 66% pada 2011," kata Musliar pada Forum Internasional Pendidikan Keaksaraan di Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Forum yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerjasama dengan Unesco, Institute for Lifelong Learning (UIL) ini, membahas masalah terkait dengan kebijakan dan layanan program pendidikan keaksaraan dan kecakapan hidup bagi remaja marjinal.
Kegiatan yang berlangsung pada 20-22 Agustus 2013, diikuti sekitar 150 peserta dari kalangan pendidik, organisasi masyarakat, mitra swasta, PKBM Indonesia, dan 18 negara di Asia, Afrika, Arab Saudi, Australia, dan Eropa.
Musliar mengatakan selain perluasan akses, Indonesia juga mendorong peningkatan mutu dan relevansi keaksaraan orang dewasa dan program kecakapan hidup. Selain itu, mengembangkan standar keaksaraan dan sistem evaluasi dan akreditasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Sementara itu, Siti Rubi Alya Rajasa yang tampil sebagai salah seorang pembicara dalam forum tersebut, mempresentasikan tentang program Rumah Pintar yang selama ini ikut memberantas buta aksara.
Putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang juga istri politisi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono itu diundang berbicara di forum tersebut, karena selama ini memang aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan, lewat Yayasan Satoe Indonesia dan Yayasan Tunggadewi yang didirikan kakak iparnya, Annisa Pohan.
Alya memaparkan berbagai macam kegiatan yang dilakukannya di yayasannya. Seperti mendirikan rumah pintar untuk anak-anak kurang mampu. Bersama teman-temannya, berusaha mengentaskan buta aksara di Indonesia.
Sekarang sudah ada tiga rumah pintar yang dikelolanya, yaitu di Cikeas, Ciwedey, dan Dadap. "Pendidikan penting bagi kehidupan masyarakat karena melalui pendidikan dapat membawa mereka hidup dalam kesejahteraan," ungkapnya.
Dia menuturkan dari masyarakat yang semula buta aksara, kini mereka bisa membaca. Dari membaca mereka jadi punya pengetahuan dan wawasan jauh lebih luas, sehingga dapat menunjang masa depannya.
Alya menjelaskan di rumah pintar juga ada sentra kria yang diikuti kaum ibu. "Jadi, ketika anak-anaknya pergi belajar, mereka kami latih berbagai hal seperti membuat anyaman atau menjahit. Skill itu bisa mereka gunakan untuk menambah penghasilan rumah tangga," ujar menantu Presiden SBY ini.