Bisnis.com, JAKARTA—Jumlah korban tewas akibat ditembak mati oleh aparat keamanan Mesirmendekati angka 200 orang dari kalangan pendukung presiden terguling Mesir, Mohammed Mursi dalam satu upaya untuk membongkar kemah-kemah yang didirikan pelaku demo di beberapa titik kota Kairo.
Aksi tersebut tercatat sebagai tindakan paling keji dalam satu dekade ini dan membuat polarisasi antara pendukung Mursi dan pendukung pemerintah yang diperkuat militer semakin tajam. Secara keseluruhan sedikitnya 235 orang tewas termasuk 43 di antaranya aparat kepolisian.
Sedangkan jumlah korban luka-luka mencapai 2.000 orang dalam satu bentrok bersenjata yang menyebar dari Kairo hingga sejumlah kota di sekitarnya.
Sejumlah pendukung Mursi dari Ikhwanul Muslimin mengklaim jumlah korban dalam “pembantaian massal” tersebut jauh lebih besar dari apa yang dilaporkan pihak militer.
Sementara mayat korban kekerasan tersebut ditutupi karpet dibawa ke tempat persemayaman sementara menjelang dikuburkan di dekat Masjid Rabaa al-Adawiya. Pemerintah yang didukung militer mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan.
Menteri Dalam Negeri, Mohamed Ibrahim, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (15/8/2013), mengatakan 43 anggota kepolisian tewas. Aparat keamanan telah membongkar dua kemah pemrotes dan tidak akan mentolerir pembangunan kemah baru dan aksi protes, ujarnya. Jam malam juga diberlakukan di kota Alexandria, kota kedua terbesar Mesir setelah Kairo