Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korban Lumpur Lapindo, Dulu Petani Kini Penjual Minuman

Bisnis.com, SIDOARJO— Kusno (52), salah satu warga korban lumpur Lapindo terpaksa alih profesi sebagai pedagang minuman keliling dari sebelumnya bertani, sejak tanahnya tenggelam oleh luapan lumpur.

Bisnis.com, SIDOARJO— Kusno (52), salah satu warga korban lumpur Lapindo terpaksa alih profesi sebagai pedagang minuman keliling dari sebelumnya bertani, sejak tanahnya tenggelam oleh luapan lumpur.

Ditemui di gubug darurat yang dibangun di  titik 21 tanggul penahan lumpur Lapindo, Kusno mengeluhkan penghasilannya semakin tidak menentu sejak berjualan minuman.

“Hasil penjualan minuman bergantung pada jumlah pengunjung wisata lumpur Lapindo. Akhir-akhir  ini sedang sepi”, keluhnya sambil menyiapkan botol minuman di depan gubugnya, hari ini, Kamis (8/8/2013).

Untuk menunjang hidupnya, bapak satu anak tersebut juga bekerja sebagai tukang ojek, terutama melayani wisatawan yang berniat berkeliling melihat lumpur Lapindo.

Kusno sejak sekitar tujuh bulan lalu sengaja mendirikan gubug di tanggul penahan lumpur, sebagai bentuk protes terhadap manajemen Lapindo dan pemerintah yang dinilai tidak adil. Dia menuding mereka pilih kasih terkait pelunasan uang sisa pembayaran ganti rugi korban lumpur.

“Mengapa mereka yang berada di luar area terdampak sudah lunas, tapi kami yang masuk peta terdampak justru belum,” tuturnya dengan nada bertanya.

Dia mengatakan sudah menerima ganti rugi Rp350 juta, namun sisa uang Rp550 juta yang masih belum diterimanya tidak jelas kapan akan dilunasi.

Kusno sangat berharap pihak Lapindo dan pemerintah mendengar jeritannya, agar dia dan warga lain yang bernasib sama bisa mendapatkan sisa uang hak mereka tersebut, sehingga kehidupan mereka bisa lebih baik dari sekarang.

Dia mengaku akan tetap tinggal di atas tanggul bersama sekitar tujuh kepala keluarga lainnya sampai sisa uangnya dilunasi.

Dari pengamatan di lapangan, kondisi fisik sekitar enam gubug yang dibangun di atas tanggul sangat memprihatinkan, terkesan asal bisa berdiri.

Sebagian bangunan dibuat tertutup dari gabungan kayu tripleks bekas dan anyaman bambu, namun banyak yang hanya dibangun setengah tertutup dari anyaman bambu dan atap jerami.

Sementara ketinggian tanggul penahan lumpur saat ini sekitar 11 meter, sedangkan ketinggian pusat semburan lumpur sudah mencapai sekitar 17 meter, sehingga sangat membahayakan jiwa mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Wahyu Darmawan
Editor : Y. Bayu Widagdo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper