Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petasan Jadi Ukuran Status Sosial

Bisnis.com, MAGELANG - Petasan acapkali menjadi bagian dari tradisi sebagian masyarakat saat menyambut Lebaran. Bahkan, sejumlah daerah di Indonesia menjadikan petasan sebagai 'menu wajib' di luar ketupat dan opor ayam.

Bisnis.com, MAGELANG - Petasan acapkali menjadi bagian dari tradisi sebagian masyarakat saat menyambut Lebaran. Bahkan, sejumlah daerah di Indonesia menjadikan petasan sebagai 'menu wajib' di luar ketupat dan opor ayam.

Salah satu daerah yang masih menjaga tradisi turun-temurun menyalakan petasan saat Lebaran tiba adalah kawasan di  sekitar Magelang Jawa Tengah. Sebagian warga, terutama anak-anak muda berkumpul di berbagai persimpangan jalan atau di rumah dengan halaman luas. Berbekal petasan dengan berbagai ukuran yang ada di genggaman, mereka saling beradu kekuatan bunyi petasan. Saat petasan dibunyikan dan menimbulkan suara yang menggelegar kencang, semuanya bersorak girang. 

Suryatmaji (45 tahun), salah satu warga Tanjung Anom Magelang mengatakan tradisi Lebaran dengan membunyikan petasan memang sudah berlangsung turun temurun. Kebanyakan warga memilih membuat petasan sendiri dengan bahan baku kertas.

"Dari saya kecil. Kalau sekarang ukuran sama bunyi petasannya sudah tidak seperti dulu. Mungkin pengaruh harga bubuk mesiu [bahan baku ledakan] yang jauh lebih mahal, sekarang ukurannya kecil-kecil," ujarnya, Kamis (8/8/2013).

Meskipun bunyi petasan yang dihasilkan kerap mengejutkan warga, pada akhirnya semua wajib memaklumi. Bagi warga sekitar tradisi tetaplah tradisi yang tak bisa ditinggalkan, meski cukup menganggu.

Ada satu pandangan umum yang menarik yakni sejumlah warga beranggapan semakin penuh halaman rumahnya dengan kertas-kertas bekas ledakan petasan, maka identitas merayakan Lebaran semakin nyata. Bahkan, petasan seolah menjadi identitas sosial. Semakin banyak petasan yang diledakan, menunjukan status sosial warga itu terlihat kian tinggi di mata masyarakat lainnya. "Kalau rumahnya penuh kertas-kertas, pemilik rumahnya semakin bangga," tambahnya.

Selain petasan, satu tradisi lain yang tak bisa lepas dari keseharian warga Magelang dan sekitarnya yakni ziarah ke makam atau nyekar. Nyekar merupakan tradisi mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal. Biasanya, setelah melangsungkan shalat Idulfitri, warga berbondong-bondong mendatangi makam.

Satu yang menarik, makam menjadi lokasi awal warga untuk bersilaturahmi. Kendati tidak mengenal satu sama lain, makam menjadi tempat halal bi halal paling efektif, sebelum akhirnya dilanjutkan dengan saling mengunjungi.

Dengan segala cara dan tradisinya, warga berupaya menjaga suasana Lebaran agar maknanya tetap terjaga. Menjaga silaturahmi dan kebersamaan. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper