DESAKAN ekonomi dan pengetatan regulasi di dalam negeri membuat sebagian kalangan yakuza Jepang mencari peruntungan di negeri orang, termasuk ke Indonesia.
Undang-undang Anti-Yakuza yang direvisi pada Oktober 2011 melarang perusahaan Jepang mempekerjakan yakuza. Meski dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia, regulasi itu tetap berjalan.
Richard Susilo dalam bukunya Yakuza Indonesia menulis hasil wawancaranya dengan Manabu Miyazaki, pengarang buku soal yakuza yang sekaligus petinggi yakuza di Kyoto, Teramura-gumi.
Miyazaki yakin bahwa yakuza sudah sejak lama masuk Indonesia dan sekarang semakin banyak lagi yang masuk. Alasannya, ekonomi Indonesia sedang bagus dan banyak pengusaha Jepang yang berinvestasi di sini.
Para yakuza akan mencari uang sebanyak-banyak dan kembali ke Jepang untuk membuktikan bahwa dirinya sukses dan layak jadi orang kaya yang disegani. Mereka juga berharap untuk dikubur di Jepang ketika meninggal.
Lalu apa bisnis yang ditekuni di Indonesia? Selain pencucian uang (money laundering), ada banyak juga yang masuk ke Kalimantan untuk berbisnis kayu dan pertambangan, terutama batu bara dan minyak.
Dalam buku Yakuza Indonesia disebutkan bahwa permintaan dan perdagangan kayu masih laku keras di mana-mana. Di sisi lain, lemahnya kontrol aparat dimanfaatkan yakuza dengan cara menyogok sehingga bisnisnya lancar.
Para yakuza juga akan mendekati pengusaha Jepang sebagai target mangsa pertamanya. Dengan berkedok sebagai konsultan, yakuza menawarkan perlindungan dari preman lokal.
Selain Indonesia, negara lain yang dimasuki adalah Thailand dan Filipina, sementara mantan yakuza terkejam dikabarkan berada di Kamboja.
Pada halaman 254, Richard menulis bagaimana "invasi" yakuza ke Thailand, tempat banyaknya investasi pengusaha Jepang. Para mafia memainkan banyak bisnis ilegal seperti penculikan, narkoba, pemerasan, dan pelacuran.
Buku Yakuza Indonesia mengisahkan banyak soal yakuza hingga ke Indonesia, hasil riset dan wawancara Richard yang menjadi wartawan di Jepang selama lebih dari 20 tahun.
Mantan wartawan Bisnis Indonesia itu bahkan mewawancarai perempuan Pontianak yang bekerja di Jepang dan menjadi istri yakuza.
Buku ini menekankan untuk mewaspadai dampak kegiatan yakuza bagi ekonomi Indonesia.
Jejak mafia di Indonesia bukan hanya yakuza. Tahun lalu buron asal Italia Antonio Messicati Vitale ditangkap di Bali.
Ada juga pembunuhan dan mutilasi oleh seorang warga China bernama A Liong di Jakarta yang terkait perdagangan narkoba disebut-sebut sebagai mafia Hongkong.