Bisnis.com, MAKASSAR- Seorang penulis terkenal Jepang mengungkapkan bahwa anggota mafia yakuza sudah ada yang tinggal dan menjalankan bisnisnya di Indonesia sejak 1970-an.
Hal itu disampaikan Tomohiko Suzuki, seorang penulis soal yakuza di Jepang menyelidiki perilaku geng mafia hingga ke Indonesia, dalam buku Yakuza Indonesia yang ditulis Richard Susilo.
Suzuki adalah penulis spesialis yakuza yang membongkar keterlibatan kelompok mafia ini di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima saat meledak bersama gempa bumi pada 11 Maret 2011.
Setelah menulis banyak soal yakuza di negerinya, Suzuki tertarik dengan Indonesia. Ia menyebut ada yakuza yang sudah tinggal di Indonesia sejak tahun 1970-an.
Menurutnya anggota yakuza itu kini sudah kaya raya dan punya koneksi dengan para pejabat penting serta aparat. Disebutkan bahwa mereka punya bisnis besar dan terkenal di Indonesia terutama di Jakarta.
Richard menuturkan bahwa Suzuki juga pernah berkunjung ke Melawai, Blok M, Jakarta Selatan pada 2006 dan mewawancarai seorang preman Indonesia keturunan Jepang.
Disana ia ditawari narkoba namun menolak. Preman itu juga bercerita bahwa di Indonenesia menjadi sumber narkoba untuk diekspor ke negara lain.
Menurut Richard, aktivitas yakuza di Indonesia terutama pembelian tanah atau properti, lalu diperjualbelikan dan mendapat untung besar, diputar terus uang tersebut supaya lebih besar lagi di Indonesia.
"Termasuk pula ikut masuk ke dalam pasar modal di Indonesia. Ini yang sulit dideteksi karena pakai nama orang Indonesia dan sulit sekali orang lain mengetahui," kata mantan Kepala Biro Bisnis Indonesia di Tokyo ini.
Alasan masuk pasar modal karena bagus, bisa membuat cepat kaya, risiko tidak setinggi pasar modal China. Perekonomian Indonesia juga bagus, berkembang baik, sehingga tepat waktu untuk mencari banyak uang di Indonesia.
Pencucian uang juga dilakukan pada investasi di Indonesia, khususnya yang berdana besar, misalnya membuat pabrik kimia, perkayuan, pertambangan, minuman keras, bioteknologi, dan sebagainya.
Perusahaan yakuza berbeda dengan perusahaan besar Jepang yang telah terkenal dan sudah pasti dapat dipercaya, misalnya Toyota dan Panasonic.
Dicertiakan pula bahwa seorang yakuza paling kejam dikabarkan tinggal di Kamboja. Namanya Tadamasa Goto, digambarkan sebagai pemimpin yang sangat sadis, suka membunuh dan memerintahkan orang untuk membunuh.
Namun, karena tingkah sadisnya di tersingkir dan keluar dari negerinya. Ia kemudian sekolah atau belajar Buddha dan mulai terlibat dengan kelompok Soka Gakkai yang juga memiliki kantor di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Yakuza memang perlu berdiri kuat dari segi hukum. Organisasi ini memang sah di Jepang. Namun akibat UU anti-Yakuza saat ini, keuangan yakuza yang dulu pernah diungkapkan pihak kepolisian Jepang sekitar 1,07 triliun yen, kini sudah sangat menurun," tulis Richard di bukunya pada halaman 239.
Buku Yakuza Indonesia diterbitkan pada Juni 2013 yang berisi pemaparan hasil pengamatan, riset, hingga wawancara langsung dengan tokoh-tokoh penting. Richard dan penulis buku lain di Jepang menemukan jejak anggota yakuza hingga Indonesia.