Bisnis.com, WASHINGTON--Pemerintah AS, Jumat mengeluarkan peringatan mengenai berbagai rencana Al Qaeda melancarkan serangan di wilayah Timur Tengah atau Afrika Utara pada Agustus 2013.
Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan itu kepada warga Amerika di berbagai penjuru dunia, sehari setelah mengumumkan bahwa sejumlah kedutaan besarnya akan ditutup pada Minggu sebagai langkah pengamanan.
Kementerian itu mengatakan, serangan-serangan mungkin dilakukan, "khususnya di Timur Tengah dan Afrika Utara dan mungkin terjadi di atau berasal dari Semenanjung Arab".
"Informasi saat ini mengisyaratkan bahwa Al Qaeda dan organisasi-organisasi cabangnya terus merencanakan serangan teroris baik di kawasan itu maupun di luarnya, dan mereka mungkin memusatkan upaya untuk melancarkan serangan pada periode antara sekarang dan akhir Agustus," kata kementerian itu dalam peringatan perjalanan bagi warga AS di seluruh dunia.
Peringatan itu menyebutkan "kemungkinan teroris melancarkan serangan terhadap sistem transportasi umum dan prasarana wisata yang lain".
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan sebelumnya, AS akan menutup sejumlah kedutaan besar dan konsulatnya pada Minggu, yang merupakan hari kerja di banyak negara Islam.
Dia menyatakan bahwa beberapa kedutaan besar atau konsulat bisa memutuskan untuk tetap tutup setelah hari Minggu.
Semenanjung Arab merupakan pangkalan bersejarah Al Qaeda, yang didirikan oleh militan kelahiran Arab Saudi, Osama bin Laden, yang tewas dalam serangan AS di Pakistan pada 2011.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Washington juga mencemaskan masalah keamanan sejak serangan terhadap konsulatnya di Benghazi, Libya, pada 11 September tahun lalu.
Serangan militan itu menewaskan empat warga AS, termasuk Duta Besar Chris Stevens. (ra)