Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kematian Qassem Soleimani Untungkan ISIS dan Al-Qaeda

Kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani dinilai akan menguntungkan kelompok teroris ISIS. Pemerintah Indonesia dinilai perlu mengantisipasi peristiwa ini.
Para pelayat menghadiri prosesi pemakaman komandan militer Iran Qassem Soleimani, yang juga kepala divisi elit Quds Force of the Revolutionary Guards, serta pemimpin kelompok militan Irak Abu Mahdi al-Muhandis yang tewas dalam serangan udara oleh AS di bandara Baghdad, di Kerbala, Irak, Sabtu (4/1/2020)./Reuters-Abdullah Dhiaa al-Deen
Para pelayat menghadiri prosesi pemakaman komandan militer Iran Qassem Soleimani, yang juga kepala divisi elit Quds Force of the Revolutionary Guards, serta pemimpin kelompok militan Irak Abu Mahdi al-Muhandis yang tewas dalam serangan udara oleh AS di bandara Baghdad, di Kerbala, Irak, Sabtu (4/1/2020)./Reuters-Abdullah Dhiaa al-Deen

Bisnis.com, JAKARTA - Kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani dinilai akan menguntungkan kelompok teroris ISIS. Pemerintah Indonesia dinilai perlu mengantisipasi peristiwa ini.

Kematian orang berpengaruh di Iran ini sempat menimbulkan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat. Meski telah mereda, namun dampak yang ditimbulkan terbilang cukup besar.

Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengatakan Qassem yang tewas karena serangan AS adalah tokoh Iran yang sangat disegani. Dia merupakan sosok yang memberantas terorisme termasuk Al Qaeda dan ISIS di Timur Tengah.

"Tewasnya Jendral Qassem membawa angin segar bagi kelompok teroris seperti ISIS dan Al Qaeda ini bisa menjadi pemicu bagi sel tidur di Indonesia yang sebagian besar berafiliasi dengan ISIS dan Al Qaeda," katanya kepada Bisnis di Jakarta, Jumat (10/1/2020).

Menurutnya pemerintah perlu melakukan pengamanan terhadap Warga Negara Indonesia di Timur Tengah karena berada di wilayah konflik.

"Pemerintah perlu menyiapkan skenario-skenario untuk penyelamatan WNI yang berada di Timur Tengah karena jumlahnya cukup banyak," ujarnya.

Pemerintah telah mengantisipasi kondisi tersebut dengan mengaktifkan pusat krisis untuk mengantisipasi memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyebut jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Iran mencapai 400 orang, sedangkan WNI yang tinggal di Irak berjumlah 800 orang.

Akan tetapi, angka tersebut berpeluang meningkat karena dia meyakini masih banyak WNI yang tidak melaporkan kedatangannya ke kedutaan setempat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper