Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden AS Joe Biden menyatakan pemulihan ekonomi di negara itu masih dalam jalur yang benar dan tepat ketika pertumbuhan ekonomi di China saat ini sedang melambat.
"Ini tidak akan menggelincirkan itu," kata Biden dalam sebuah wawancara televisi Bloomberg di Singapura seperti dikutip Bloomberg, Senin (29/7/2013).
"Tetapi jelas, perlambatan pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia ini [China] seperti jika Anda memperlambat perekonomian kita, itu akan mempengaruhi dunia."
Produk domestik bruto China naik 7,5% pada kuartal kedua dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dan turun 7,7% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Pejabat memerintahkan pada 25 Juli, lebih dari 1.400 perusahaan di 19 industri untuk memotong kelebihan kapasitas produksi tahun ini, bagian dari upaya untuk bergeser ke arah lebih lambat, pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
China adalah mitra dagang terbesar bagi AS setelah Kanada, dengan perdagangan kedua negara mencapai us$536,2 miliar. Perdagangan bilateral China-AS, defisit di sisi AS dengan US$315 pada 2012, lebih dari negara lain.
China juga merupakan pemilik asing terbesar dari Treasuries AS, dengan kepemilikan naik ke rekor US$$1,316 triliun pada Mei, menurut data Departemen Keuangan.
"Saya setuju dengan itu 100%," kata Geoffrey Lewis, pasar global strategist JPMorgan Asset Management di Hong Kong, mengacu pada komentar Biden.
"Kami tidak berbicara yang sebenarnya, benar-benar pendaratan yang keras di Cina, mungkin kita hanya berbicara tentang pertumbuhan 6,5% daripada 7,5% -yang benar-benar tidak akan menggagalkan pemulihan ekonomi AS."
Biden berbicara tentang hubungan AS-China saat melakukan perjalanan enam hari di Singapura dan India. Dia juga bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.