Bisnis.com, JAKARTA – Prabowo Subianto semakin mantab untuk menatap bursa calon presiden 2014, kendati tingkat elektabilitasnya nomor 2 di bawah Joko Widodo (Jokowi) versi Pusat Data Bersatu. Anak begawan ekonomi Indonesia Sumitro Djojohadikusumo, ini bisa jadi harus legowo jika gagal dalam pesta demokrasi tahun depan.
Ia begitu gencar menyampaika visinya, namun agak emosional jika terus dibandingkan Jokowi. "Saya yang membawa Jokowi ke Jakarta dari Solo," begitu kata Prabowo.
Persaingan Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan Jokowi itu seolah mengungkit kembali friksinya dengan Megawati , Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Setidaknya ada tiga friksi yang membuat hubungan Prabowo dengan PDIP atau Megawati menjadi panas dingin.
Capres-Cawapre 2009
Kedekatan Prabowo Subianto dengan Megawati dimulai di bursa capres—cawapres 2009
Dengan nomor urut 1, pasagan Megawati—Prabowo meraih suara 26,79%.
Sekadar kilas balik, waktu itu bertarung tiga pasangan capres-cawapres. Nomor urut 2 adalah pasangan SBY-Boediono, sedangkan nomor urut 3 adalah pasangan Jusuf Kalla—Wiranto.
SBY—Boediono menang telak dengan 60,8% suara, sedangkan pasangan Jusuf Kalla—Wiranto meraih 12,41% suara.
Sebelum maju secara resmi, Prabowo waktu itu sangat antusias agar tampil sebagai calon presiden (capres), kendati akhirnya dengan legowo menerima posisinya sebagai cawapres.
Pilgub DKI Jakarta 2012
Prabowo membawa Gerindra merapat ke Megawati dengan mendukung pencalonan Joko Widodo—Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi—Ahok).
Begitu Jokowi—Ahok menang, Prabowo mengeksploitasinya untuk tampl ke depan seolah tanpa dukungan Gerindra Jokowi—Ahok tak bisa berbuat banyak.
Megawati pun langsung meradang dan menyindir bahwa ada penumpang gelap di balik kemenangan Jokowi—Ahok.
Megawati tidak secara eksplisit menyebutkan siapa yang dimaksud dengan penumpang gelap tersebut.
Namun, yang terjadi kemudian adalah fakta bahwa Prabowo ternyata tidak menghadiri pelantikan Jokowi—Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Senin 15 Oktober 2012.
Jajaran Gerindra waktu itu berdalih Prabowo sedang menjalankan tugas bisnis ke luar negeri. Sebuah alibi yang janggal, karena sebagai partai pengusung Cagub-Cawagung yang menang, Ketua Umum Partai Gerindra itu justru tidak menghadiri pelantikan ‘jagonya’ sendiri.
Bursa Pilpres 2014
Prabowo kembali dibuat meradang ketika hasil survei calon presiden versi Pusat Data Bersatu (PDB) menempatkan Prabowo di nomor 2 di bawah Jokowi.
Tingkat elektabilitas Jokowi mencapai 29,57% atau 10,26 poin di atas Prabowo yang hanya meraih 19,83%.
Uniknya, Prabowo mengungguli Megawati yang menempati posisi ke-3 dengan tingkat elektabilitas 13,08% atau 6,75 poin di bawah Prabowo.
Hasil survei elektabilitas itu seolah menguak kembali luka lama hubungan Prabowo-PDIP (Megawati).
Peringkat Calon Presiden Pilihan Responden Periode Juni 2013 versi Pusat Data Bersatu
No. | Nama | Responden (%) |
1 | Jokowi | 29,57 |
2 | Prabowo Subianto | 19,83 |
3 | Megawati | 13,08 |
4 | Aburizal Bakrie | 11,62 |
5 | Jusuf Kalla | 5,47 |
6 | Wiranto | 3,59 |
7 | Hatta Rajasa | 1,2 |
8 | Mahfud MD | 1.2 |
9 | Dahlan Iskan | 1,11 |
10 | Chairul Tanjung | 0,43 |
11 | Marzuki Alie | 0,26 |
12 | Joko Suyanto | 0,09 |
13 | Pramono Edhie Wibowo | 0,09 |
14 | Calon lainnya | 1,11 |
15 | Tidak memilih (Golput) | 0,85 |
16 | Belum menentukan | 10,51 |
Sumber: Hasil Survei Pusat Data Bersatu 2013
Siapa lagi politisi yang paling kontroversial versi Bisnis.com?
SBY, Kok Kinerjanya Makin Memble?