BISNIS.COM, JAKARTA -- Pemerintah harus segera melakukan moratorium atau penghentian sementara ekspor gas.
Paradigma pemanfaatan gas dari sebelurrinya sebagai sumber devisa negara harus segera diubah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, yakni sebagai bahan bakar dan memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.
Indonesia dinilai terlalu boros energi. Akibatnya ketika harga minyak mentah dunia bergejolak, pemerintah kalang kabut.
Untuk itu Pemerintah harus segera menghentikan ekspor gas mengingat kebutuhan gas bagi industri domestik meningkat sementara persediaannya menipis.
Kalau energi yang ada bisa dihemat dan digunakan tepat sasaran, tentu cadangan energi bangsa ini pasti banyak.
Sekarang ini cadangan gas kita cuma sampe 61 tahun. Demikian juga batubara cuma sampai 80 tahun. Karena itu niat pemerintah yang akan menghentikan ekspor gas patut didukung.
Meskipun Pemerintah berulang kali berjanji mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.Namun, faktanya sangat sedikit usaha konversi dilakukan.
Kita bisa lihat tingkat konsumsi gas Indonesia pada tahun lalu baru sekitar 21%. Adapun penggunaan minyak telah mencapai 50%. Padahal cadangan minyak Indonesia telah jauh menyusut, sedangkan deposit gas alam masih cukup tinggi.
Sebenarnya, rencana pemerintah lepas dari ketergantungan minyak telah dicanangkan sejak 1995. Tapi rencana tak jalan lantaran harga minyak dunia ketika itu masih rendah. Kebiasaan pemerintah memberikan subsidi minyak membuat program konversi melayang-layang. Padahal ongkos memanjakan rakyat dengan bensin murah sangat mahal, termasuk gonjang-ganjing politik setiap kali subsidi hendak dikurangi.
Semoga janji pemerintah yang akan menyetop ekspor gas bisa terwujud. Kalau gas tidak di ekspor tentu dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang kian membesar. Selain itu pemanfaatan gas sebagai juga mendorong pertumbuhan ekonomi jauh lebih besar keuntungannya ketimbang hanya sebagai sumber devisa.
Pengirim:
Herman Suhendar
Jalan Cipinang Baru Timur No.78 RT 007 RW 09
Kelurahan Cipinang, Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur