BISNIS.COM, JAKARTA--Meski perdagangan komoditas pada kuartal pertama tahun ini mengalami perlambatan, tidak berdampak signifikan terhadap pencapaian laba bersih emiten transportasi laut pada tiga bulan pertama 2013 kendati kinerja sejumlah perusahaan cenderung bergerak defensif.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari 11 emiten transportasi laut yang telah merilis laporan keuangan, rerata laba bersih seluruh perusahaan tersebut pada kuartal I/2013 naik 19,19% dibandingkan dengan periode Januari-Maret 2012.
Dari kesebelas emiten itu, PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya, Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih yang signifikan mencapai 236,73% menjadi US$2,29 juta dari kinerja tahun sebelumnya US$680.418.
Kinerja tersebut di dukung pertumbuhan pendapatan berkode BBRM itu yang meningkat menjadi US$8,56 juta dari US$7,26 juta. Selain itu, perseroan juga berhasil menekan 'financial cost' hingga 24% menjadi US$998.245 pada kuartal pertama 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$1,31 juta.
Selain BBRM, emiten transportasi laut lainnya yakni PT Tanah Laut, Tbk juga mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan pada kuartal I/2013 mencapai 117,04% menjadi Rp5,91 miliar dari tahun sebelumnya Rp2,72 miliar.
Pendapatan emiten dengan kode INDX itu melonjak 232,55% menjadi Rp35,48 miliar, dimana sebagian besar dari hasil pendapatn murni dari lini usaha penyewaan dan bongkar muat.
PT Samudera Indonesia, Tbk membukukan kinerja yang cenderung defensif dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 37,62% menjadi US$3,2 juta, kendati pendapatan pada kuartal I/2013 turun 8,89% menjadi US$132,89 juta dari kinerja tahun sebelumnya US$145,85 juta.
Hal tersebut tak lepas dari keberhasilan perusahaan menekan beban jasa serta penurunan pajak penghasilan.
Adapun lima emiten lainnya, yakni PT Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS), PT Indo Straits (PTIS), PT Rukun Raharja (RAJA), PT Trans Power Marine (TPMA), dan PT Wintemar Offshore Marine (WINS) membukukan laba bersih pada kuartal pertama tahun secara rerata 11,06% dibandingkan periode yang sama sama tahun sebelumnya.
Terkhusus MBSS pada kuartal pertama tahun ini mencetak laba bersih sebesar US$10,51 juta, tumbuh 5,54% dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya sebesar US$9,94 juta. Hal tersebut ditopang pertumbuhan pendapatan perusahaan Group Group Indika Energy tersebut 9,56% menjadi US$36,81 juta pada kuartal I/2013 dari kinerja tahun sebelumnya US$33,61 juta.
Kinerja positif MBSS pada kuartal I/2013 itu, mengikuti pencapaian perusahaan sepanjang 2012, dimana pendapatan mencapai US$141,4 juta, laba kotor sebesar USD 56,4 juta, EBITDA sebesar USD 64,3 juta dan laba yang diatribusikan kepada pemilik mayoritas sebesar USD 36,5 juta untuk laporan keuangan auditan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012.
Presiden Direktur MBSS Rico Rustombi mengemukakan pertumbuhan pendapatan MBSS sepanjang 2012 sebesar 16,3% selain didukung oleh backlog yang cukup kuat juga didukung oleh operational excellence.
Sementara itu pada RUPS Tahunan dan Luar Biasa MBSS yang digelar pada Kamis (8/5/2013), perusahaan akan membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 87,5 Milyar atau Rp 50 per lembar saham.
Bertolak belakang dengan kedelapan emiten di atas, ada tiga emiten yang menunjukkan kinerja berbeda dengan laba bersih antara 50% hingga 80%.
PT Pelayaran Nelly Dwi Putri mencatat kinerja negatif pada kuartal pertama 2013 dengan penurunan laba bersih hingga 57,89% dibandingkan kinerja tahun sebelumnya Rp18,96 miliar.
Pendapatan emiten berkode NELY itu juga turun menjadi Rp41,72 miliar dari kinerja kuartal I/2012 tahun sebelumnya Rp51,9 miliar.
Kondisi sama terjadi pada PT Rig Tenders Indonesia, Tbk (RIGS) , dimana pendapatan anjlok 53,43% pada kuartal I/2013 menjadi US$13,25 juta. Sejalan dengan hal tersebut, laba bersih pada kuartal I/2012 lalu yang mencapai US$4,83 juta menjadi rugi US$579.108.
Sementara PT Pelayaran Tempuran Emas, Tbk (TMAS), meski membukukan pendapatan yang tumbuh 22,28% menjadi Rp323,47 miliar pada kuartal pertama tahun ini, laba bersih perusahaan tersebut justru turun hingga 88,66% menjadi Rp3,712 miliar dalam tiga bulan pertama tahun ini.