BISNIS.COM, PALEMBANG--Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi Sumbagsel siap memisahkan stasiun pengisian bahan bakar BBM bersubsidi manakala pemerintah sudah menetapkan skema dua harga untuk pengendalian BBM subsidi itu.
Ketua DPD II Hiswana Migas Sumbagsel Bayumi Usman mengatakan pihaknya menilai pemisahan SPBU antara subsidi untuk masyarakat mampu dan tidak mampu itu dapat menghindari terjadinya kericuhan dan lebih tertib.
“Kalau disatukan rawan masalah dan bisa mempersulit pengusaha SPBU itu sendiri. Oleh karena itu kami siap memisahkan pom bensin jika pemerintah jadi menetapkan dua harga BBM bersubsidi,” katanya di sela workshop Hiswana Migas Sumbagsel, Kamis (25/4/2013).
Dia melanjutkan pemisahan itu akan diterapkan pada SPBU—SPBU yang sudah beroperasional. Pasalnya jika harus membuat stasiun baru membutuhkan waktu yang cukup lama, lebih dari 6 bulan.
Saat ini terdapat sekitar 125 SPBU yang tersebar di Sumsel dan 9 di antaranya merupakan SPBU non Subsidi.
Menurut Bayumi, kondisi di lapangan saat ini memang terjadi antrian kendaraan, khususnya untuk bahan bakar solar. Hal tersebut dinilai tidak terlepas dari wacana pengurangan subsidi BBM yang dikabarkan akan berlaku pada Mei 2013.
“Memang ada pengendalian penyaluran BBM dari Pertamina disamping konsumsi yang meningkat. Ya, setiap ada wacana harga mau naik, masyarakat juga pasti antri membeli, sama saja saat harga beras mau naik pasti jadi ramai,” katanya.
Hiswana Migas juga mendukung pemasangan teknologi alat kendali di setiap SPBU untuk mengatasi adanya kecurangan di lapangan.
Seperti diketahui, telah terjadi antrian panjang kendaraan yang hendak mengisi bahan bakar solar di beberapa daerah, salah satunya Provinsi Lampung.
Ketua DPC Hiswana Migas Lampung Toto Herwantoko mengiyakan bahwa antrian terjadi karena adanya pengendalian kuota BBM untuk daerah itu dari Pertamina.
“Memang sudah terjadi antrian di daerah kami. Informasinya, Pertamina akan menambah volume penyaluran solar untuk mengatasi masalah ini,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Asisten Manajer External Relation Pertamina Fuel Retail Marketing Region II Sumbagsel, Roberth MV, mengatakan pihaknya telah menyiapkan tambahan suplai solar hingga 20% dari suplai normal untuk mengurai antrian.
Penambahan itu dilakukan juga untuk wilayah Sumsel. Menurut dia, antrian yang terjadi saat ini sebetulnya didominasi oleh truk angkutan barang bukan kendaraan pribadi.
Padahal truk tersebut sudah tidak boleh lagi menggunakan BBM bersubsidi.
“Oleh karena itu tambahhan suplai 20% itu diberikan berdasarkan evaluasi di lapangan juga, truk tambang dan perkebunan tidak menjadi patokan penambahan,” katanya.
Dia mengatakan antrian panjang kendaraan ini merupakan fenomena lazim yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi pihaknya terus berupaya dengan berkoordinasi bersama berbagai piak untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan di lapangan.
Pantauan Bisnis, masih terjadi antrian pengisian bahan bakar solar bersubsidi di beberapa SPBU di Kota Palembang. Memang antrian tersebut didominasi oleh truk-truk angkutan.