BISNIS.COM,JAKARTA—Rencana konvensi untuk menjaring capres yang digulirkan Partai Demokrat diduga merupakan jebakan politik untuk mengangkat popularitas partai, karena penentu akhir capres dari partai itu tetap berada di tangan Majelis Tinggi.
Demikian disimpulkan dari hasil disksui dengan tema "Format Ideal Mencari Pemimpin Nasional 2014" yang menghadirkan pembicara Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Irgan Chairul Mahfidz, Anggota DPD, Asri Anas, dan Direktur Lembaga Survei IndoBarometer, Muhammad Qodari.
Bagaimanapun, ujar Qodari, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat telah mengatur bahwa capres ditentukan oleh Majelis Tinggi beranggotakan 9 orang di bawah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mekanisme konvensi tidak ada dalam aturan partai sehingga apapun hasil konvensi nantinya akan disesuaikan dengan keputusan Majelis Tinggi.
“Konvensi ini kalau boleh saya sebut seperti jebakan Batman. Dikhawatirkan setelah konvensi hasilnya lain karena penentu akhirnya tetap berada di Majelis Tinggi,” ujar Qodari dalam diskusi tersebut. Menurutnya, kalau memang Partai Demokrat berniat mengadakan konvensi maka seharusnya jauh-jauh hari telah membuka diri dan menentukan mekanisme konvensi.
Qodari juga mengibaratkan pelaksanaan konvensi Partai Demokrat seperti mendorong mobil mogok. Setelah para peserta konvensi ikut mendorong popularitas partai tersebut yang kini tengah anjlok, bukan tidak mungkin para capres tersebut kemudian ditinggalkan.
Sementara Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Asri Anas mengingatkan ketua DPD, Irman Gusman agar berhati-hati jangan sampai tawaran untuk mengikuti konvensi capres di Partai Demokrat menjadi alat partai untuk mengembalikan elektabilitas.
"Saya sendiri sampaikan kepada Ketua DPD RI Irman Gusman, hati-hati soal tawaran konvensi ini. Saat ini semua parpol pasang perangkap untuk menaikan elektabilitas. Jangan sampai nanti hanya jadi alat politik semata," kata Asri.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono menawarkan kepada Irman Gusman untuk ikuti konvensi. SBY juga menawarkan hal yang sama kepada sejumlah tokoh lainnya.
Menurut Asri, hal terpenting sebenarnya adalah bagaimana parpol mau lebih terbuka untuk mencari semua tokoh yang potensial. Dia meyakini konvensi yang dibuka parpol hanya alat politik untuk menaikkan elektabilitas.
Asri mencontohkan bagaimana SBY bisa dengan mudah mengambil alih posisi Ketua Umum Partai Demokrat lewat Kongres Luar Biasa (KLB). Padahal, sebelumnya pemilihan pemimpin partai itu dilakukan secara demokratis melalui kongres partai.