BISNIS.COM, DENPASAR--Pemerintah Bali berupaya mencegah migrasi patogen virus flu burung varian H7N9 dengan meningkatkan district surveillance officer karena hingga saat ini belum tersedia vaksin khusus untuk virus jenis baru ini.
Ketut Suarjaya, Kepala Dinas Kesehatan Bali, mengatakan pada tahap awal upaya pencegahan terhadap masuknya virus flu burung jenis baru, H7N9 ini dilakukan dengan meningkatkan pola hidup bersih di sekitar peternakan.
Pemerintah provinsi juga telah berkoordinasi dengan dinas peternakan di tingkat kabupaten kota untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus flu burung baru itu.
“Selain itu, pencegahan virus juga akan dilakukan dengan mengaktifkan kembali petugas pemantau kesehatan yang sudah tersedia di setiap kabupaten/kota diseluruh Bali,” katanya kepada Bisnis, Selasa (9/4/2013).
Selain itu sebagai upaya pencegahan dini, Suarjaya juga mengimbau kepada pemilik peternakan unggas untuk terus memantau kesehatan ternaknya. Terkait vaksin khusus flu burung, Suarjaya mengaku pemerintah masih belum tersedia.
Kegiatan pencegahan ini dilakukan karena Bali menjadi kawasan kunjungan bagi sejumlah turis asing, termasuk dari wisatawan dari China.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Bali pada 2012, China menduduki angka kunjungan kedua teratas setelah Australia.
Jumlah wisatawan berasal dari Australia hingga Oktober 2012 mencapai 684.312 orang, sedangkan China 267.353 orang.
Meski belum bisa dipastikan penularan antar manusia, tetapi tindakan pencegahan ini dilakukan untuk mengantisipasi migrasi patogen atau parasit dari virus flu burung.
Berdasarkan data World Health Organization pada Senin (8/4), di negara China yang diduga sebagai tempat asal virus flu burung jenis baru itu ditemukan, sudah 21 orang dinyatakan suspect dan 6 orang lainnya tewas karena virus H7N9. Sebanyak 2 dari 6 pasien suspect, berada dalam kondisi kritis.
Sementara itu, Ketua Gabungan Peternak Unggas Bali (GPUB) Ketut Yahya Kurniadi mengatakan upaya pencegahan juga dilakukan dengan mengoptimalkan penyemprotan disinfektan.
Penyemprotan disinfektan yang biasa dilakukan 1 hingga 2 kali dalam seminggu, kini wajib dilakukan setiap 2 kali sehari.
Selain menggunakan disinfektan, peternak unggas bisa menggunakan air sabun untuk penyemprotan kandang.
“Upaya ini dilakukan sama persis seperti pencegahan merebaknya virus flu burung jenis H5N1.232,” katanya.
Penyemprotan disinfektan, paparnya, akan difokuskan di peternakan yang berada di kawasan Kabupaten Tabanan dan Bangli. Pasalnya, banyak pengusaha menjalankan industri ternaknya disitu.
Yahya mengungkapkan, flu burung merupakan kasus endemik di Bali sehingga bisa muncul kapan saja. Pada November hingga April merupakan musim hujan sehingga cuaca menjadi lembab.
Saat ini, cuaca sedang lembab dan berpotensi memunculnya penyakit unggas termasuk flu burung.
Mulai bulan Oktober 2012, peternak sudah mengarahkan peternak unggas mewaspadai penyakit unggas. Perubahan cuaca dari panas ke hujan atau pancaroba, sangat rentan muncul penyakit unggas.
Varian baru virus flu burung jenis H5N1 ini telah terdeteksi muncul di tiga kabupaten Buleleng, Klungkung, dan Tabanan.
“Adapun untuk migrasi varian H5N1 menjadi H7N9 pengusaha ternak akan terus memantau penyebarannya.”
Saat ini, lanjutnya, penyebaran virus flu burung H5N1 sudah mampu terdeteksi. Pola penyebarannya pun juga sudah dipetakan oleh peternak dan petugas pemerintah. Kebanyakan, ayam yang pembawa virus flu burung rata-rata adalah pasokan migrasi dari Jawa.
“Data GPUB menyatakan, belum ada sama sekali peternak di Bali yang menemukan ternaknya terjangkit virus mematikan itu.”
Meski peternakan di Bali belum pernah terdeteksi virus flu burung, namun sebagai tindakan pencegahan peternak akan melakukan sosialisasi virus flu burung varian baru itu sebagai bentuk kewaspadaan.(apa/yop)