Konflik horizontal di Makasar, seperti perkelahian antarmahasiswa atau antarmasyarakat sudah biasa terjadi. Kencederungannya konflik tersebut bukan karena nuansa kesukuan atau agama. Akan tetapi merupakan konflik yang biasa terjadi dan tidak melebar menjadi besar.
Baru-baru ini kita dikejutnya dengan aksi pelemparan bom molotov di sejumlah gereja di Makasar. Pelemparan terjadi dalam waktu yang berbeda:
Pertama, pada tanggal 10 Pebruari 2013 dua gereja yaitu Gereja Tiatira Malengkeri di Jalan Muhajirin Raya Lorong 2 No 2, Kecamatan Tamalate, dan Gereja Jemaat Jordan Toraja Mamasa di Jalan Dirgantara no 3A, Kecamatan Panakukang, Makassar. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Kedua, tiga gereja kembali dilempari bom molotov, pada 14 Februari 2013, yaitu Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sulsel di Jalan Samiun, Kecamatan Ujungpandang, Gereja Toraja di Jalan Gatot Subroto No 26, Kecamatan Tallo, dan Gereja Toraja Klasis di Jalan Pettarani 2, Kecamatan Panakukang.
Pelemparan dilakukan dalam waktu yang berdekatan. Api cepat dipadamkan sehingga tidak ada korban jiwa maupun luka. Polisi masih belum berhasil menangkap pelaku pelemparan bom molotov.
Aksi-aksi pelemparan bom molotov ke rumah ibadah ini tentunya mempunyai maksud. Kelompok-kelompok tertentu ini ingin memancing masyarakat Makasar untuk terprovokasi dengan aksi mereka. Sehingga yang diharapkan adalah terjadinya konflik bernuansa keagamaan di kota tersebut.
Sebenarnya kerukunan antarumat beragama di kota tersebut sudah terjalin cukup erat. Konflik yang terjadi tidak pernah memicu ke arah persoalan sentimen keagamaan. Namun seringnya terjadi aksi kekerasan anatar masyarakat, oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab berupaya melebarkan konflik antarwarga masyarakat ke arah sentimen keagamaan.
Kita berharap masyarakat di Makasar untuk tidak terprovokasi aksi-aksi tersebut. Jangan sampai terulang konflik antaragama oleh masyakarat seperti di Malauku dan Poso. Masyarakat Makasar perlu waspada terhadap provokasi tersebut.
Untuk menghindari terpicunya koflik, perlunya peran tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama di Makasar untuk memberikan pemahaman kepada umat bahwa tindakan tersebut bagain dari upaya memecah kerukunan beragama di kota tersebut. Di samping itu diharapkan kepolisian setempat untuk segera mengungkap dan menangkap para pelakuknya sehingga tidak menjadi berlarut-larut dan menimbulkan keresahan masayrakat.
SUTAN BAJEBER
Jl. Pemuda No 48, Rawamangun, Jakarta Timur