Kabar24.com, JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengusir tujuh diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan zat saraf terhadap mantan agen mata-mata ganda yang menetap di Inggris.
Langkah tersebut, menurut Sekjen NATO Jens Stoltenberg, akan mengirim pesan kepada Rusia bahwa "ada sebab dan akibat" atas tingkah lakunya.
Selain mengusir tujuh diplomat Rusia, Stoltenberg juga mengatakan pihaknya akan menolak akreditasi bagi tiga staf Rusia. NATO juga akan memangkas anggota misi Rusia dari 30 menjadi 20 orang.
"Dampak praktisnya adalah tentu saja kapabilitas Rusia akan berkurang untuk melakukan tugas-tugas intelijen," ujarnya sebagaimana dikutip BBC.com, Rabu (28/3/2018).
NATO mengambil langkah serupa pada tahun 2015 sebagai tanggapan atas aneksasi Rusia terhadap Krimea yang merupakan bagian dari wilayah Ukraina. Sebelum peristiwa itu, Rusia menempatkan 60 personel di markas besar NATO di Belgia.
Fitnah Kolosal
Baca Juga
Sejauh ini 26 negara telah mengusir diplomat atau utusan Rusia selama dua hari terakhir sebagai bentuk solidaritas terhadap Inggris.
Menurut negara-negara itu, Rusia berada di balik serangan terhadap mantan agen ganda Rusia yang menetap di Inggris, Sergei Skripal dan putrinya Yulia, dengan zat saraf di Salisbury, Inggris selatan.
Akan tetapi pemerintah di Moskow menolak keras tuduhan tersebut.
Rusia menuduh Amerika Serikat menekan negara-negara lain untuk secara beramai-ramai mengusir diplomat Rusia.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menuduh Washington "melakukan fitnah kolosal" dan mengatakan ada "sedikit negara yang independen" yang tersisa di Eropa modern.
Lavrov mengatakan bahwa tak dapat dipungkiri Rusia akan mengambil tindakan balasan atas pengusiran massal ini.
Kementerian Luar Negeri Rusia dilaporkan sedang menyusun sejumlah langkah balasan yang akan diajukan kepada Presiden Vladimir Putin untuk dipertimbangkan.
Selain NATO, 26 negara telah mengumumkan pengusiran diplomat Rusia sehingga secara total jumlahnya mencapai 140 orang dari seluruh dunia.