Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Ingin Pelaku Teror New York Dihukum Mati

Presiden AS Donald Trump meminta hukuman mati bagi pendatang asal Uzbekistan, yang membajak truk dan memasuki jalan sepeda Kota New York, yang menewaskan delapan orang.
Serangan truk di New York/Bloomberg
Serangan truk di New York/Bloomberg

Kabar24.com, NEW YORK - Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta hukuman mati bagi pendatang asal Uzbekistan, yang membajak truk dan memasuki jalan sepeda Kota New York, yang menewaskan delapan orang, dan menyebut pria tersebut sebagai teroris.

Sayfullo Saipov, 29 tahun, yang dirawat di rumah sakit setelah ditembak polisi dan ditangkap, mengatakan kepada penyidik bahwa ia terpengaruh oleh video ISIS dan mulai merencanakan serangan itu setahun lalu, kata pengaduan pidana, yang diajukan terhadapnya pada Kamis WIB (2/11/2017).

"Teroris di Kota New York senang karena dia meminta menggantungkan bendera ISIS di kamar rumah sakitnya, dia menewaskan delapan orang, membuat 12 orang terluka parah. HARUS DIHUKUM MATI!" kata Trump di Twitter.

Saipov didakwa dengan satu tuduhan bahwa ia memberikan dukungan barang dan sumber daya kepada kelompok teroris asing, khususnya pada ISIS, serta satu tuduhan kekerasan dan penghancuran kendaraan, yang menyebabkan kematian delapan orang.

Jaksa Manhattan Joon Kim mengatakan tuduhan pertama membawa hukuman maksimal seumur hidup di penjara, sementara yang kedua akan membuat Saipov memenuhi syarat untuk hukuman mati jika terbukti bersalah, dan jika pemerintah memilih untuk melakukan hukuman mati. Tuduhan tambahan atau berbeda bisa diajukan kemudian dalam dakwaan, menurut Kim.

Saipov mengaku kepada pihak berwenang bahwa dia melakukan percobaan dengan sebuah truk sewaan pada 22 Oktober untuk berlatih membelokkan kendaraan tersebut dan "menyatakan bahwa dia merasa baik tentang apa yang telah dia lakukan" setelah serangan tersebut, menurut pengaduan.

Dokumen tuduhan 10 halaman tersebut mengatakan Saipov melepaskan haknya untuk tetap diam dan menghindari tuduhan bunuh diri, karena menyetujui untuk berbicara dengan penyidik tanpa seorang pengacara yang hadir dari kasurnya di Bellevue Hospital Center, Manhattan.

Pengaduan tersebut mengatakan bahwa Saipov telah meminta izin untuk menampilkan bendera kelompok militan ISIS di kamarnya di rumah sakit.

Dia mengatakan bahwa dia sangat termotivasi dengan melihat sebuah video di mana Abu Bakr al-Baghdadi, yang memimpin kegiatan ISIS untuk merebut wilayah karena kekhalifahan yang diproklamirkan di Irak dan Suriah, mendorong Muslim di Amerika Serikat dan negara lainnya untuk mendukung kelompok tersebut.

Penyidik menemukan ribuan gambar dan video propaganda terkait IS di telepon saku Saipov, termasuk cuplikan video menunjukkan bahwa tahanan ISIS dipenggal, ditabrak oleh tank dan ditembak wajahnya, kata pengaduan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper