Kabar24.com, JAKARTA – Saiful Mujani Research and Consulting mengakui pernah diajak konsultasi oleh tim kajian elektabilitas Partai Golkar yang bermuara pada terbitnya rekomendasi pengunduran diri Setya Novanto dari kursi orang nomor satu Partai Beringin.
“Iya ngajak diskusi sama kami. Cuma data lama berkaitan dengan kasus e-KTP,” kata Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas ketika dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Kepada tim Golkar, Abbas membeberkan survei SMRC pada Mei terkait peta dukungan masyarakat terhadap tokoh dan partai yang dikaitkan dengan dugaan korupsi proyek e-KTP.
Menurutnya, masyarakat yang mempercayai kasus e-KTP cenderung menjadi lebih rendah dukungannya terhadap partai dibandingkan dengan mereka yang tidak percaya ada kasus megakorupsi tersebut.
Ketika itu, tambah Abbas, Ketua Umum Golkar Setya Novanto belum ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka. Namun, elektabilitas Golkar dan partai yang dianggap terlibat kasus e-KTP turun.
“Jadi ada efeknya. Tidak hanya Golkar secara spesifik tetapi semua partai politik,” katanya.
Tim kajian elektabilitas Golkar digawangi Ketua Koordinator DPP Golkar Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Yorrys Raweyai dan Ketua Koordinator DPP Golkar Bidang Kajian Strategis dan Pengembangan SDM Lodewijk F. Paulus.
Hasil kajian lantas dibacakan dalam rapat harian DPP Golkar, Senin (25/9/2017).
Di tempat terpisah, Ketua DPP Golkar Ali Wongso Halomoan Sinaga meragukan hasil survei yang menyebutkan suara partainya akan terperosok bila tetap dipimpin oleh Novanto.
Selain SMRC, menurut dia, tim kajian elektabilitas mengacu pada hasil Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
“Tapi kami tidak dikasih dokumen resminya. Saya pun bicara waktu itu bahwa kita biasa bayar survei, tapi bagaimana metodenya dan bagaimana konten pertanyaannya?” katanya dalam konferensi pers Menuju Musyawarah Nasional Rekonsiliasi Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) X di Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Ali meyakini kasus yang menjerat Novanto bukan penyebab utama elektabilitas Golkar menurun. Dia mengklaim partai bisa meningkatkan suaranya dengan melakukan konsolidasi hingga ke tingkat akar rumput yakni perdesaan dan kecamatan.
“Simultan dengan itu adalah aktulisasi peran seluruh kader di legislatif, eksekutif pusat dan daerah yang membawa kesejahteraan rakyat,” tuturnya.