Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Inginkan Perubahan Besar Dalam Perjanjian Baru NAFTA

Amerika Serikat (AS) menuntut perubahan besar dalam pakta Perjanjian Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang baru.

Bisnis.com, JAKARTA— Amerika Serikat (AS) menuntut perubahan besar dalam pakta Perjanjian Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang baru.

Dalam perundingan putaran pertama yang digelar pada Rabu (16/8) waktu setempat, AS menuntut konsesi yang lebih besar dalam perjanjian dagang tersebut demi mengurangi defisit dagang yang besar dengan Meksiko dan Kanada. Paman Sam juga menuntut kenaikan konten asal AS pada industri kendaraan.

“Kami merasa NAFTA pada dasarnya telah menemui banyak kegagalan. Kami warga AS membutuhkan perubahan yang besar dan kami sama sekali tidak tertarik pada kesepakatan kecil,” kata Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (17/8/2017).

Dia juga menegaskan bahwa pakta perdagangan bebas yang telah berusia 23 tahun tersebut terus memberikan kerugian pada AS, terutama di sektor industri. Hal itu membuat lapangan kerja bagi penduduk AS terus tergerus.

Menurutnya, AS telah kehilangan 700.000 lapangan pekerjaan di sektor manufaktusejak pakta tersebut mulai berlaku pada 1994.

Selain itu, Lighthizer juga menyatakan bahwa Washinton menghendaki bahwa sistem penyelesaian sengketa perdagangan dalam pakta terbaru NAFTA dihapus. Pasalnya,  AS dalam hal ini ingin menerapkan sistem anti-dumping atas produk dari Kanada dan Meksiko untuk melindungi industri dalam negeri.

Sementara itu, Kanada dan Meksiko dalam renegosiasi tersebut meminta agar mekanisme penyelesaian perselisihan dalam perdagangan ketiga negara tetap ada secara utuh alam kesepakatan yang baru.

Sistem tersebut dalam perjanjian NAFTA yang lama, terdapat pada Bab 19 di mana penyelesaian sengketa dagang diselesaikan dalam panel binasional. Namun, Washington dalam hal ini enggan untuk memasukkan mekanisme tersebut dalam pakta perdagangan yang baru nantinya.

Akibat sikap keras AS tersebut Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengancam negaranya akan menarik diri dari NAFTA. Akan tetapi, dia mengaku akan tetap menunggu setiap perkembangan terbaru dari setiap pertemuan yang dijadwalkan  akan digelar dalam delapan putaran hingga akhir Juni 2018.

“Kanada tidak melihat suplus atau defisit perdagangan sebagai ukuranutama apakah hubungan perdagangan antara negara kami dengan negara mitra berjalan dengan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo berharap agar NAFTA dapat dipertahankan dan dilanjutkan dengan memuat kepentingan masing-masing negara secara adil. Dia sepakat dengan AS bahwa pakta tersebut harus diperbaharui. Namun, dia tidak ingin pakta yang baru tersebut membuat satu negara anggota mendapatkan kemenangan lebih besar dibandingkan negara anggota lain.

"Agar kesepakatan berhasil, harus memuat kepentingan yang adil dan sama rata bagi setiap negara anggota. Jika tidak, ini bukan kesepakatan," kata Guajardo.

Seperti diketahui, Meksiko ingin mempertahankan akses istimewa untuk barang dan layanannya ke Amerika Serikat dan Kanada, di mana hampir 85% ekspornya dikirim ke negaa-negara tersebut. Prioritas utama Meskiko yang lain terkait perjanjian NAFTA yang baru adalah mencakup integrasi pasar tenaga kerja antara negara anggota yang lebih besar.

Seperti diketahui, nilai perdagangan antara AS, Kanada dan Meksiko telah meningkat empat kali lipat sejak NAFTA mulai berlaku pada tahun 1994. Pada 2015 nilai perdagangan yang melibatkan ketiga negara tersebut telah melampaui US$1 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper