Kabar24.com, JAKARTA – Proses pembangungan Country Garden Forest City, Malaysia, berpotensi terhambat seiring dengan pembeli asal China yang mengurungkan niat untuk melanjutkan cicilan pembelian properti tersebut.
Ultimatum pemerintah China terkait batasan penggunaan mata uang asing tahunan untuk menekan arus modal keluar dari Negeri Tirai Bambu itu menjadi faktor utamanya.
Dalam proses pembangunan sampai saat ini, Country Garden Forest City Malaysia itu sebanyak 90% pembeli properti adalah investor dari China.
Masalah pun muncul ketika pemerintah China melakukan aksi pembatasan kuota transaksi mata uang asing senilai US$50.000 per tahun. Lalu, dalam transaksi valas, warga China juga diminta untuk menandatangani janji tidak menggunakan kuota transaksi valas untuk investasi properti lewat skema offshore.
Bagi yang melanggar akan masuk dalam daftar hitam dan akses izin transaksi ke valas akan ditolak selama tiga tahun serta warga China yang melanggar itu harus tunduk kepada proses investigasi pencucian uang.
Pembeli Forests Garden asal China semakin khawatir setelah Pemerintah China pada bulan ini meminta bank domestik untuk memberikan laporan transaksi harian ke luar negeri nasabah yang lebih dari 1.000 yuan.
Baca Juga
Seperti dilansir Bloomberg Jumat (23/6/2017), dari enam pembeli Forests City Malaysia asal China, mereka sudah membayar uang muka atau down payment (DP) 10% ke proyek besar Negeri Jiran tersebut. Dalam bertransaksi itu, warga China menggunakan skema kartu debit, kartu kredit, dan Alipay.
Adapun, agen properti Forest City Malaysia meminta warga China yang akan membayar cicilan untuk membayar lewat Hong Kong, Singapura, Malaysia, Macau, atau mengirimkan dana ke rekening luar negeri milik Country Garden Forest City.
Elaine Xiao, pembeli asal China, mengatakan dirinya sempat diinformasikan oleh agen properti kalau masih bisa membayar cicilan lewat Hong Kong, tetapi ketakutan semakin meningkat sekarang.
“Saya tidak tahu hukuman apa yang mungkin akan saya dapatkan,” ujarnya.
Michelle Gao, salah satu pembeli Forest City asal China, mengaku sedang di tengah dilema. Dia sudah membayar sekitar 600.000 yuan atau US$87.825 untuk memenuhi total harga apartemen dua kamart tidur Forest City Country Garden Holdings Co. Senilai 1,2 juta yuan.
“Jika proyek ini bergantung pada pembeli dari China seperti saya, bagaimana penjualan mereka nantinya? Apakah bisa konstruksinya diselesaikan?” tuturnya.
Pembeli Resah
Seorang pembeli Forest City asal China yang memiliki nama keluarga Yu menuturkan, sudah tidak berniat membayar angsuran apartemen berikutnya. Walaupun Agen properti menawarkan untuk tetap bertransaksi kartu kredit di Hong Kong unutk mengatasi peraturan tersebut.
“Saya pun bertanya kepada agen properti itu, apakah kalau saya masuk daftar hitam di China dia mau bertanggung jawab?” tuturnya.
Yu yang berasal dari Guagzhou itu membeli apartemen seluas 59 meter pada tahap III proyek senilai 1,2 juta yuan pada akhir tahun lalu. Dia menjadi salah satu pembeli asal China yang mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan kesepakatan pembayaran karena khawatir melanggar aturan.
Dia pun khawatir dengan banyak pembeli asal China yang megurungkan niat menyelesaikan cicilan apartemen proyek Forest City di Malaysia itu, proyek mega properti Negeri Jiran itu akan sulit menemukan pembeli baru.
“Penduduk lokal tampaknya tidak akan tertarik membeli apartemen dengan harga dua kali lipat dari harga lokal. Tanpa pembeli asal China, semuanya bisa berubah,” ujarnya.