Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapitan Pattimura: Perlawanan Rakyat Maluku dan Eksekusi Tragis

Biografi Kapitan Pattimura, pahlawan nasional dari Maluku yang memimpin perlawanan heroik melawan Belanda dan menginspirasi semangat kemerdekaan Indonesia.
Kisah hidup dan mati Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy./vecteezy.com
Kisah hidup dan mati Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy./vecteezy.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kapitan Pattimura, atau Thomas Matulessy adalah tokoh pejuang dari timur Indonesia yang terkenal karena berani memimpin perlawanan rakyat Maluku terhadap kekuasaan kolonial Belanda pada awal abad ke-19.

Kepemimpinannya dalam penyerbuan Benteng Duurstede di Saparua bukan hanya menandai babak penting dalam sejarah perlawanan lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan telah tumbuh dari berbagai penjuru Nusantara.

Kisahnya layak dikenang karena mencerminkan perjuangan kolektif masyarakat lokal yang berani bangkit melawan ketidakadilan, dan hingga kini tetap relevan dalam membentuk semangat nasionalisme generasi muda.

Biografi Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura memiliki nama lengkap Thomas Matulessy pada 8 Juni 1783 di Haria, Pulau Saparua, Maluku. Dia berasal dari keluarga Kristen Protestan yang sederhana namun menjunjung tinggi nilai moral dan semangat perlawanan.

Sejak muda, Pattimura telah menunjukkan sifat kepemimpinan yang kuat serta keberanian yang menginspirasi. Dilansir dari Arsip Nasional, Rabu (23/7/2025), dia sempat menjadi tentara Kerajaan Inggris, karirnya menjadi sersan Inggris menjadi modal untuk melawan dominasi Belanda yang berkuasa di Maluku. Penolakannya terhadap ketidakadilan kolonial ini menjadi titik awal perlawanan heroiknya.

Profil Singkat Pattimura

  • Nama Lengkap: Thomas Matulessy
  • Nama Populer: Kapitan Pattimura
  • Tempat & Tanggal Lahir: Haria, Saparua, 8 Juni 1783
  • Tanggal Wafat: 16 Desember 1817
  • Gelar: Pahlawan Nasional Indonesia (dianugerahkan tahun 1973)
  • Dikenal Karena: Memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda, terutama dalam penyerbuan Benteng Duurstede

Latar Belakang Pattimura dan Keluarga

Pattimura berasal dari keluarga Matulessy yang termasuk masyarakat adat Saparua. Keluarganya memiliki tradisi kuat dalam menjaga nilai-nilai budaya dan agama. Ayahnya dikenal sebagai figur yang taat beragama dan memiliki pengaruh dalam komunitas lokal.

Silsilah keluarga ini menanamkan nilai-nilai keberanian, keadilan, dan kepercayaan terhadap kekuatan Tuhan, nilai-nilai yang kelak membentuk karakter Pattimura sebagai pemimpin rakyat yang dicintai.

Masa Kecil dan Pendidikan Agama

Masa kecil Thomas Matulessy diwarnai oleh kehidupan religius dan kebiasaan belajar dari lingkungan sekitar. Dia mengikuti pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh misionaris Kristen Protestan yang hadir di Maluku pada masa itu.

Di sana, Pattimura belajar membaca, menulis, dan nilai-nilai Kristen yang menekankan kejujuran, kerja keras, dan kasih kepada sesama. Pendidikan ini memberinya kemampuan komunikasi dan organisasi yang sangat membantu saat ia menjadi pemimpin perlawanan.

Lebih dari itu, ajaran agama juga menanamkan prinsip moral kuat dalam dirinya untuk menentang segala bentuk penindasan.

Karier Militer Awal di Inggris dan Belanda

Pattimura sempat bergabung dengan militer Inggris ketika kekuasaan kolonial Inggris menggantikan posisi Belanda di Maluku pada awal 1800-an. Selama menjadi bagian dari pasukan Inggris, ia mendapatkan pelatihan militer profesional dan memahami strategi tempur serta kepemimpinan lapangan.

Namun, setelah Belanda kembali menguasai wilayah itu berdasarkan hasil Kongres Wina tahun 1815, banyak kebijakan Belanda yang dirasa tidak adil, termasuk pembatasan perdagangan dan eksploitasi tenaga kerja lokal.

Keputusan Belanda untuk membubarkan tentara lokal juga memicu kekecewaan di kalangan bekas prajurit seperti Pattimura. Kekecewaan ini akhirnya mendorongnya memimpin perlawanan terbuka.

Perlawanan Pattimura

Puncak dari ketegangan antara rakyat Maluku dan Belanda terjadi pada pertengahan 1817. Ketidakpuasan terhadap tindakan sewenang-wenang kolonial Belanda, seperti pencabutan hak dagang rakyat, kerja paksa, dan pelecehan adat-istiadat, menimbulkan gelombang kemarahan di berbagai wilayah.

Pattimura yang memiliki pengaruh luas dan pengalaman militer, diangkat sebagai pemimpin utama oleh rakyat Saparua. Pada 15 Mei 1817, dipimpin oleh Pattimura, pasukan rakyat menyerang dan merebut Benteng Duurstede—pos pertahanan penting Belanda di Saparua.

Dalam peristiwa ini, Residen Belanda van den Berg dan keluarganya tewas. Aksi ini menginspirasi daerah lain di Maluku untuk melakukan perlawanan serupa. Strategi gerilya, komunikasi antarkampung, dan semangat kolektif menjadi kekuatan utama pasukan Pattimura dalam menghadapi serdadu kolonial yang lebih unggul persenjataannya.

Penangkapan dan Eksekusi Mati Pattimura

Sayangnya, keberhasilan perlawanan tersebut tidak bertahan lama. Setelah beberapa bulan berjuang, pengkhianatan dari salah satu orang kepercayaannya menyebabkan Pattimura tertangkap pada Oktober 1817.

Dia diadili oleh pengadilan kolonial Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Meskipun berada dalam tekanan, Pattimura tetap teguh dan menunjukkan keberanian luar biasa hingga saat-saat terakhir hidupnya.

Pada 16 Desember 1817, ia dieksekusi gantung di Ambon, di hadapan rakyat yang berkabung. Sebelum kematiannya, Pattimura meninggalkan pesan moral untuk generasi penerus agar tetap setia kepada tanah air dan tidak tunduk pada ketidakadilan.

Keberaniannya menghadapi kematian menjadikannya simbol kepahlawanan yang abadi dalam sejarah bangsa.

Warisan Nasional dan Penghargaan

Pengakuan terhadap perjuangan Kapitan Pattimura tidak hanya terbatas pada penghormatan lokal. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Thomas Matulessy pada 6 November 1973.

Nama dan semangatnya diabadikan dalam bentuk patung, nama jalan, nama kapal perang, hingga mata uang rupiah. Ia juga menjadi inspirasi dalam pelajaran sejarah dan kebudayaan nasional.

Selain itu, peristiwa 15 Mei kini diperingati sebagai Hari Pattimura di Maluku. Peringatan ini bukan hanya mengenang perjuangannya, tetapi juga menjadi momentum membangkitkan semangat nasionalisme dan solidaritas antardaerah.

Fakta Unik Kapitan Pattimura

  • Nama "Pattimura" bukan nama lahir, tetapi gelar adat yang diberikan oleh masyarakat Maluku.
  • Pattimura sempat ditawari jabatan oleh Belanda namun menolaknya karena menganggap mereka penjajah.
  • Perjuangan Pattimura turut melibatkan tokoh wanita seperti Martha Christina Tiahahu.
  • Ia dianggap sebagai pejuang yang menggabungkan kekuatan militer dan nilai spiritualitas Kristen.

Perjuangan Kapitan Pattimura memberi pelajaran bahwa semangat melawan ketidakadilan tidak mengenal batas usia, tempat, atau zaman. Keteguhan, keberanian, dan cinta tanah air adalah nilai-nilai yang perlu terus ditanamkan dalam jiwa generasi muda Indonesia.

Dengan mengenang Pattimura, kita tidak hanya menghormati sejarah, tetapi juga merawat semangat perjuangan yang diwariskannya. (Muhammad Roofig)

Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro