Bisnis.com, JAKARTA - Iran tak berhenti melancar serangan terhadap Israel sejak perang pecah pada Jumat (13/6/2025).
Israel pun mencatatkan bahwa setidaknya 400 rudal balistik dan pesawat nirawak telah diluncurkan Iran selama Operasi Rising Lion.
Kemudian pada Rabu (18/6), Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengonfirmasi pihaknya telah meluncurkan rudal Fattah-1 dalam gelombang ke-11 operasi True Promise 3.
"Gelombang ke-11 dari Operasi True Promise 3 yang membanggakan telah diluncurkan dengan menggunakan rudal-rudal Fattah-1," kara pernyataan IRGC yang disiarkan televisi pemerintah Iran, dikutip dari AFP.
Peluncuran rudal ini juga menyusul pernyataan Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mengatakan "pertempuran sesungguhnya dengan Israel telah dimulai".
Rudal hipersonik Fattah-1 pun memiliki daya rusak luar biasa yang membuat Israel mendapat hantaman keras. Rudal ini sulit dicegat dan dapat menembus pertahanan Iron Dome milik Israel dengan kecepatan sepersekian detik.
Baca Juga
Fattah-1 ini juga mampu menjangkau jarak hingga 1.400 kilometer. Alutsista buatan dalam negeri ini pertama kali diluncurkan pada 2023.
Selain kecepatannya, rudal ini juga patut ditakuti karena ketepatannya dalam menjangkau target.
Kemudian disebut sebagai rudal hipersonik, dikarenakan rudal ini mampu mencapai kecepatan Mach 5 atau lima kali kecepatan suara—sekitar 6.100 kilometer per jam.
Iran juga pernah menggunakan rudal ini dalam serangannya ke Israel pada 1 Oktober 2024 dalam Operasi True Promise 2.
Diketahui, Iran dalam perang melawan Israel juga telah menggunakan rudal balistik jarak menengah seperti Emad dan Ghard-1.
Rudal Balistik Shahab-3
Iran juga menggunakan rudal Shahab-3 menjadi salah satu pilar kekuatan strategis Iran dalam menggempur Israel.
Dikutip melalui laman Missilethreat, senjata ini memiliki jangkauan hingga 1.300 kilometer, rudal ini memungkinkan Iran untuk menyerang sasaran di luar perbatasan langsungnya, termasuk wilayah Israel dan sebagian Arab Saudi.
Pengembangan Shahab-3 dimulai pada pertengahan 1990 setelah Iran membeli rudal No Dong 1 dari Korea Utara. Meskipun pejabat Iran, termasuk mantan Menteri Pertahanan Ali Shamkhani, mengklaim bahwa Shahab-3 sepenuhnya dikembangkan oleh para insinyur dalam negeri, bukti fisik dan teknis menunjukkan kemiripan mencolok dengan rudal No Dong. Bahkan Pakistan turut menggunakan teknologi No Dong dalam pengembangan rudal Hatf-5 “Ghauri”-nya.
No Dong sendiri diduga merupakan hasil adopsi teknologi rudal Rusia SS-3 (R-5), terutama karena menggunakan jenis bahan bakar dan oksidator yang serupa. Korea Utara memulai pengujian No Dong pada 1990, dan pada 1993 Iran serta Pakistan diperkirakan menyaksikan langsung uji coba rudal tersebut sebelum melakukan perjanjian pembelian atau alih teknologi.
Shahab-3 merupakan rudal balistik berbahan bakar cair...