Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto telah memberikan restunya bagi perusahaan asal China, Huayou, untuk masuk ke proyek besar ekosistem baterai listrik Indonesia menggantikan LG Energy Solutions (LGES) asal Korea Selatan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bhalil Lahadalia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025). Sebagaimana diketahui, pemerintah sebelumnya telah memutuskan hubungan kerja sama dengan LG di proyek tersebut.
Bahlil menjelaskan bahwa proyek yang awalnya dipegang oleh LG itu senilai US$9,8 miliar (setara Rp160,8 triliun berdasarkan kurs jisdor BI 21 Mei 2025 Rp16.413 per dolar AS), dan mencakup hulu hingga ke hilir yakni dari mining, smelter, HPAL, precursor, katoda, battery cell hingga recycle.
Adapun sampai dengan saat ini, LG telah menginvestasikan US$1,2 miliar (setara Rp19,69 triliun berdasarkan kurs jisdor BI 21 Mei 2025 Rp16.413 per dolar AS) dan telah diresmikan sejak Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
"Nah sekarang kurang lebih sekitar US$8 miliar, mulai juga sebagian dari hulu-hilir, sampai dengan battery cell 20 gigawatt, itu alhamdulillah sudah diputuskan, sudah disetujui bapak Presiden atas arahan Bapak Presiden, sekarang sudah dilakukan oleh konsorsium Huayou. Dan ini enggak ada masalah lagi," terangnya pada konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Bahlil juga mengungkap bahwa pihaknya sudah siap untuk melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pada proyek dimaksud. Dia menargetkan groundbreaking akan dilaksanakan sebelum Agustus 2025.
Baca Juga
"Kita rencakan groundbreaking-nya sebelum Agustus," kata pria yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu.
Mengenai kepemilikan saham, terang Bahlil, pada proyek hulunya pemerintah melalui BUMN tetap memegang porsi sebesar 51%. Kemudian, pada tahapan joint venture (JV) selanjutnya, porsi kepemilikan saham Indonesia menjadi 30%.
Namun demikian, dia menyebut Prabowo telah menginstruksikan agar ke depannya Indonesia bisa menambah porsi kepemilikan saham pada JV berikutnya dalam proyek tersebut. Rencananya, SWF baru Indonesia yakni Danantara akan masuk ke proyek tersebut.
"Kita lagi mengupayakan untuk ada kenaikan karena Danantara juga akan ikut berpartisipasi. Nah ini ada arahan Bapak Presiden kita akan memaksimalkan untuk di atas 40% bahkan sampai dengan 50%. Tapi itu semua dalam proses negosiasi. Tapi yang sudah firm, sekarang adalag di angka 51% di hulu, kemudian JV berikutnya 30%," papar Bahlil.