Bisnis.com, JAKARTA - Paus Fransiskus dinyatakan meninggal dunia pada Senin (21/4/2025), sehari setelah umat Kristen merayakan Paskah.
Sebagai pesan terakhirnya, Paus Fransiskus yang mendedikasikan sebagian besar masa kepausannya untuk menyerukan perdamaian, menyampaikan pesan dan berkat Urbi et Orbi kepada kota dan dunia pada pekan Paskah.
Mengutip Vatican News, dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus, yang kemarin masih dalam pemulihan dari pneumonia bilateral, menyapa khalayak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus yang dipenuhi bunga tulip.
Dia kemudian menyampaikan teksnya untuk dibacakan oleh Uskup Agung Diego Ravelli, Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan, dan kata-kata Paus menyerukan: "Kristus telah bangkit."
Paus Fransiskus mengumumkan, menyerukan umat beriman untuk mengalihkan pandangan mereka ke makam yang kosong. Dia berbicara tentang kebangkitan bukan sebagai ide abstrak tetapi sebagai kekuatan hidup, yang menantang, menyembuhkan, dan memberdayakan.
"Hari ini juga, dia mengambil alih semua kejahatan yang menindas kita dan mengubahnya," katanya.
Baca Juga
"Cinta telah menang atas kebencian, cahaya atas kegelapan, dan kebenaran atas kepalsuan. Pengampunan telah menang atas balas dendam. Namun, kejahatan belum lenyap dari sejarah, kejahatan akan tetap ada sampai akhir, tetapi kejahatan tidak lagi berkuasa, kejahatan tidak lagi berkuasa atas mereka yang menerima rahmat hari ini," lanjutnya.
Namun, kata-katanya bukan sekadar pernyataan iman. Kata-katanya adalah seruan bagi umat manusia, demi kemanusiaan. Pandangan Paus, bahkan di saat penuh kegembiraan ini, tetap tidak mengalihkannya dari penderitaan di dunia.
1. Pesan Perdamaian di Tanah Suci dan di seluruh Timur Tengah
Dia berbicara pertama-tama tentang Tanah Suci, yang “terluka oleh konflik”, dan menjadi rumah bagi “ledakan kekerasan yang tak berkesudahan”.
Dia memperluas kedekatannya, khususnya kepada masyarakat Gaza dan komunitas Kristen di daerah kantong tempat konflik yang mengerikan, terus menyebabkan kematian dan kehancuran, serta menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis dan menyedihkan.
“Saya mohon sekali lagi untuk segera dilakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, pembebasan para sandera, dan buka akses terhadap bantuan kemanusiaan," ujarnya.
Pernyataannya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak dan memberikan bantuan kepada orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai.
Doa Paus juga ditujukan kepada komunitas Kristen di Lebanon dan Suriah, yang saat ini masih mengalami transisi yang sulit dalam sejarahnya. Dia mendesak seluruh Gereja untuk senantiasa mendoakan umat Kristen di Timur Tengah.
Kemudian beralih ke Yaman, yang mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling serius dan berkepanjangan di dunia akibat perang, Paus Fransiskus mengundang semua pihak yang terlibat untuk menemukan solusi melalui dialog yang konstruktif.
2. Untuk penyembuhan dari semua ketidakstabilan politik
Bagi Ukraina, yang “hancur karena perang,” dia memohon karunia perdamaian dari Kristus yang Bangkit.
"Semoga semua yang terlibat melanjutkan upaya menuju perdamaian yang adil dan abadi,” katanya.
Dia juga berbicara tentang Kaukasus Selatan, tempat ketegangan yang sudah berlangsung lama menuntut rekonsiliasi yang mendesak. Secara khusus, dia berdoa untuk perjanjian perdamaian akhir antara Armenia dan Azerbaijan, dan untuk mengahiri konflik di wilayah tersebut.
Di Balkan Barat, Paus Fransiskus berdoa agar cahaya Paskah dapat mengilhami para pemimpin untuk meredakan ketegangan dan menolak tindakan yang menimbulkan ketidakstabilan dan sebaliknya memilih jalan harmoni, bersama dengan para tetangga mereka.
3. Untuk pelucutan senjata di seluruh Afrika dan kebebasan beragama
Benua Afrika juga hadir dalam doa Paskah Paus. Permohonan pertamanya ditujukan bagi rakyat Republik Demokratik Kongo, kemudian bagi rakyat Sudan dan Sudan Selatan, dan bagi mereka yang terjebak dalam kekerasan di Sahel, Tanduk Afrika, dan wilayah Great Lakes.
"Dalam menghadapi kekejaman konflik yang melibatkan warga sipil yang tak berdaya dan menyerang sekolah, rumah sakit, dan pekerja kemanusiaan, kita tidak boleh membiarkan diri kita lupa bahwa yang diserang bukanlah target, tetapi orang-orang, yang masing-masing memiliki jiwa dan martabat manusia," ujarnya.
Dia berdoa, khususnya, bagi orang-orang Kristen yang tidak dapat menjalankan iman mereka dengan bebas di seluruh benua.
“Tidak akan ada perdamaian tanpa kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, dan rasa hormat terhadap pandangan orang lain,” katanya.
"Dan tidak akan ada perdamaian, tanpa pelucutan senjata yang sesungguhnya", lanjutnya
4. Hancurkan penghalang yang memisahkan umat
“Cahaya Paskah mendorong kita untuk meruntuhkan penghalang yang memisahkan kita,” kata Paus Fransiskus.
Penghalang ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga politik, ekonomi, dan spiritual. Dia meminta negara-negara untuk menggunakan sumber daya mereka bukan untuk persenjataan kembali, tetapi untuk memerangi kelaparan, berinvestasi dalam pembangunan, dan saling peduli.
Paus mengimbau semua orang yang memegang posisi tanggung jawab politik di dunia untuk tidak menyerah pada logika ketakutan, tetapi menggunakan sumber daya yang ada untuk membantu mereka yang membutuhkan, untuk memerangi kelaparan dan mendukung inisiatif yang mendorong pembangunan.
"Ini adalah 'senjata' perdamaian: senjata yang membangun masa depan, alih-alih menabur benih kematian!" kata Paus.
5. Harapan bagi rakyat Myanmar
Paus Fransiskus juga tidak melupakan rakyat Myanmar, yang terus menderita akibat konflik dan, yang terbaru, gempa bumi dahsyat di Sagaing. Dia mengungkapkan kesedihan yang mendalam bagi ribuan orang yang telah meninggal, bagi anak yatim, dan bagi para lansia yang masih hidup.
Namun, dia juga mengingat harapan yang muncul dari tanah yang dilanda pertikaian.
"Pengumuman gencatan senjata adalah tanda harapan bagi seluruh Myanmar," kata Paus.
6. Untuk pembebasan para tahanan perang dan tahanan politik
Pikiran terakhirnya adalah, pada tahun Yubelium ini, Paskah juga dapat menjadi kesempatan yang tepat untuk pembebasan tahanan perang dan tahanan politik.
"Betapa besarnya dahaga akan kematian, akan pembunuhan, yang kita saksikan setiap hari," kecam Paus.
Dia berdoa "semoga prinsip kemanusiaan tidak pernah gagal menjadi ciri khas tindakan kita sehari-hari".
Akhirnya, Paus menekankan bahwa dalam momentum Paskah ini, Kristus yang Bangkit untuk memastikan bahwa umat Kristen dipanggil untuk ambil bagian dalam kehidupan yang tidak mengenal akhir.
"Hingga bentrokan senjata dan gemuruh kematian tidak akan terdengar lagi".