Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Siap Bertemu Putin Pekan ini untuk Bahas Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini guna membahas gencatan senjata Rusia-Ukraina.
Pengunjung berdiri di depan sebuah fragmen karya seni yang menggambarkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pameran, yang disebut Yalta 2.0 dan dibuka untuk merujuk pada Konferensi Yalta 1945, di sebuah galeri seni di taman Livadia di Yalta, Krimea, 8 Februari 2025. Reuters
Pengunjung berdiri di depan sebuah fragmen karya seni yang menggambarkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pameran, yang disebut Yalta 2.0 dan dibuka untuk merujuk pada Konferensi Yalta 1945, di sebuah galeri seni di taman Livadia di Yalta, Krimea, 8 Februari 2025. Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump dijadwalkan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini guna membahas kemungkinan mengakhiri perang berkepanjangan di Ukraina.

Melansir Reuters, Senin (17/3/2025), utusan khusus AS Steve Witkoff mengungkapkan bahwa setelah pertemuan yang menurutnya "positif" dengan Putin di Moskow, ia meyakini komunikasi tingkat tinggi antara kedua pemimpin akan segera berlangsung.

 "Saya optimistis akan ada pembicaraan langsung antara Presiden Trump dan Presiden Putin pekan ini. Kami juga terus berdialog dengan pihak Ukraina," ungkapnya.

Trump saat ini berupaya meyakinkan Putin untuk menyetujui usulan gencatan senjata 30 hari yang telah diterima Kyiv pekan lalu.

Namun, meski ada upaya diplomatik, pertempuran di garis depan tetap sengit. Rusia terus melancarkan serangan udara berat sepanjang akhir pekan, sementara pasukannya semakin mendekati pengusiran tentara Ukraina dari benteng mereka di wilayah Kursk.

Di media sosial, Trump menyuarakan harapan bahwa perang ini akhirnya bisa berakhir.

"Ada peluang besar untuk mengakhiri pertumpahan darah ini," tulisnya dalam unggahan pada Jumat.

Ia juga mengklaim telah meminta secara langsung kepada Putin agar tidak membantai ribuan tentara Ukraina yang saat ini dalam posisi terdesak di Kursk.

Dari Moskow, Putin menyatakan bersedia menghindari korban lebih lanjut—tetapi dengan syarat pasukan Ukraina menyerah.

Juru bicara Kremlin mengonfirmasi bahwa Putin telah menyampaikan pandangannya terkait gencatan senjata kepada Trump melalui Witkoff dan menilai ada potensi kesepakatan damai, meskipun masih banyak hal yang harus dibahas.

Namun, jalan menuju perdamaian tetap terjal. Dalam serangkaian wawancara televisi pada Minggu, Witkoff, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz menegaskan bahwa masih ada tantangan besar sebelum Rusia bersedia menghentikan serangan.

Ketika ditanya apakah AS akan mendukung perjanjian damai yang membiarkan Rusia mempertahankan wilayah timur Ukraina yang telah direbut, Waltz menjawab diplomatis: "Apakah kita akan mengusir setiap tentara Rusia dari setiap jengkal Ukraina? Negosiasi ini harus realistis."

Rubio, dalam wawancara terpisah dengan CBS, menegaskan bahwa perundingan damai akan membutuhkan waktu, pengorbanan dari kedua belah pihak, dan bahwa sulit membicarakan kesepakatan selama pertempuran masih berlangsung.

Sementara itu, Trump memperingatkan bahwa tanpa gencatan senjata, perang ini berisiko berkembang menjadi konflik global.

Sebagai bagian dari strateginya, Washington mulai memperketat tekanan terhadap Moskow. Pekan lalu, Gedung Putih mengumumkan perubahan peran bagi Jenderal Keith Kellogg, yang sebelumnya bertugas sebagai utusan khusus untuk Rusia dan Ukraina, kini hanya akan fokus pada Ukraina. Keputusan ini menyusul desakan dari pihak Rusia agar Kellogg dikeluarkan dari pembicaraan damai.

Selain itu, izin bagi perusahaan-perusahaan energi AS untuk bertransaksi dengan bank Rusia telah kedaluwarsa, menambah tekanan ekonomi pada Kremlin.

Departemen Keuangan AS juga sedang mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap perusahaan minyak dan jasa perminyakan Rusia—sebuah langkah yang bisa semakin mempersempit ruang gerak Putin dalam menentukan strategi perang dan negosiasi damai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper