Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia dan Myanmar Siap Pererat Hubungan Militer dan Ekonomi

Selain kerja sama militer dan ekonomi, Myanmar dan Rusia juga berpeluang menandatangani perjanjian soal energi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Presiden Rusia Vladimir Putinberbicara melalui tautan video pada hari penutupan KTT Ke-15 BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis, 24 Agustus 2023. / Bloomberg-Leon Sadiki
Presiden Rusia Vladimir Putinberbicara melalui tautan video pada hari penutupan KTT Ke-15 BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis, 24 Agustus 2023. / Bloomberg-Leon Sadiki

Bisnis.com, JAKARTA — Panglima militer Myanmar Min Aung Hlaing dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada Selasa (4/3/2025) waktu setempat.

Junta militer yang dijauhi dan disanksi oleh negara-negara barat itu, beralih ke pendukung utama internasional, yakni Rusia, untuk membantu konflik yang sedang berlangsung dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata.

Melansir dari Bloomberg, Selasa (4/3/2025), Dewan Administrasi Negara Myanmar mengatakan dalam sebuah pernyataan menjelang pertemuan, bahwa Keduanya akan membahas penguatan kerjasama ekonomi dan keamanan.

Perjanjian-perjanjian bilateral di bidang energi, ilmu pengetahuan dan teknologi kemungkinan akan ditandatangani dalam pertemuan tersebut.

Untuk diketahui, Myanmar adalah salah satu mitra terdekat Rusia di Asia Tenggara dan para pemimpin junta telah mengandalkan senjata dari Kremlin dalam beberapa tahun terakhir.

Junta tidak berhasil membendung pemberontakan yang meluas sejak Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021 dan menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Dengan ekonomi Myanmar yang sedang terpuruk, banyak pertanyaan yang muncul mengenai berapa lama para jenderal dapat mempertahankan kekuasaannya, terutama ketika kelompok-kelompok etnis bersenjata memperoleh keuntungan di seluruh negeri.

Menghidupkan kembali zona ekonomi khusus Dawei yang telah lama terhenti dapat menjadi topik diskusi antara para pemimpin setelah kedua belah pihak menandatangani sebuah pakta untuk membangun sebuah pelabuhan dan kilang minyak selama kunjungan pejabat tinggi Rusia ke Myanmar bulan lalu. Proyek ini dapat memberikan alternatif strategis bagi Rusia di Selat Malaka.

Rusia dan China telah menjadi pemasok utama sistem persenjataan canggih untuk militer Myanmar, masing-masing menyumbang lebih dari US$400 juta dan US$260 juta sejak kudeta, kata seorang pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Mei 2023.

Junta telah menggunakan jet tempur Rusia untuk melakukan serangan udara ke kubu-kubu perlawanan, demikian yang dilaporkan oleh Washington Post dan beberapa media lainnya.

Sejak kudeta, junta telah menewaskan setidaknya 6.366 warga sipil, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. AS dan sekutunya di Eropa menjatuhkan beberapa putaran sanksi terhadap junta dan entitas bisnis utama sebagai tanggapan.

Pertemuan ini dilakukan setelah pemerintah Putin pekan lalu mengirim pembantu keamanan utama Sergei Shoigu ke Indonesia, Malaysia, dan Cina untuk meningkatkan kerja sama dengan mitra-mitra lama di Asia. Ini akan menjadi kunjungan keempat Min Aung Hlaing ke Rusia sejak kudeta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper