Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian memprediksi bagaimana nasib pajak dan dolar AS di tangan Donald Trump dan Kamala Harris.
Sebagaimana diketahui, pemungutan suara di Pilpres AS sudah berlangsung sejak Selasa 5 November 2024 kemarin.
Hingga berita ini dipublish, Donald Trump menjadi calon Presiden AS dengan suara terbanyak menurut quick count.
Di posisi kedua ada Kamala Harris yang meski terpaut jauh namun menempel ketat Trump.
Tapi yang menarik, ada penelitian yang memprediksi nasib dolar dan ekonomi AS jika Donald Trump atau Kamala Harris menang.
Economist Intelligence Unit, divisi penelitian dan analisis dari Economist Group, memperkirakan ekonomi AS akan tetap kuat terlepas dari apakah Trump atau Harris yang memenangkan pemilihan.
Baca Juga
Namun, mereka memperkirakan bahwa kemenangan Trump akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedikit lebih lemah, inflasi yang lebih tinggi, dan defisit fiskal yang lebih besar.
Penelitian juga menjelaskan bahwa kebijakan Partai Demokrat akan dilanjutkan jika Harris memenangkan pemilihan.
Di sisi lain, negara akan mengalami peralihan ke kebijakan Partai Republik jika Trump menang.
Kedua partai memiliki pandangan berbeda tentang sektor-sektor utama, termasuk perdagangan, energi, dan pajak.
Penting untuk dicatat bahwa kedua kandidat memiliki pandangan yang bertentangan tentang perdagangan, imigrasi, pajak, dan pengeluaran.
Nasib dolar dan pajak AS
Trump diprediksi akan mengawasi pemotongan pajak besar-besaran untuk semua warga Amerika, karena ia berjanji untuk membiayai pemotongan pajak dengan tarif dan pendapatan impor.
Di sisi lain, Harris berencana untuk meningkatkan pendapatan dengan menaikkan pajak perusahaan dan mencabut pemotongan pajak penghasilan pribadi.
Selain itu, Capital Economics, bisnis penelitian ekonomi independen yang berpusat di London, memperkirakan tingkat inflasi akan meningkat jika Trump menang, yang akan membuat dolar AS tetap kuat.
Hal ini, pada gilirannya, akan mempersulit pemotongan suku bunga, karena Federal Reserve perlu mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi.