Bisnis.com, JAKARTA – Media sosial seperti TikTok dinilai membantu para generasi muda atau Gen Z mengetahui rekam jejak Kamala Harris dan Donald Trump, sebelum menentukan pilihan dalam pemungutan suara pilpres AS 5 November 2024.
Baik Kamala Harris dan Donald Trump disebut mengincar suara dari generasi muda atau Gen Z. Banyak di antara pemilih tersebut akan memberikan suara untuk pertama kalinya.
Melansir CNN International, Selasa (5/11/2024), Majalah Columbia dari Universitas Columbia mencatat bahwa Gen Z terdiri dari lebih dari 40 juta pemilih, termasuk 8 juta pemilih baru.
Pendiri kelompok advokasi Gen-Z for Change Aidan Kohn-Murphy mengatakan bahwa pengaruh media sosial terhadap para pemilih Gen Z cukup signifikan.
Dia menjelaskan bahwa media sosial seperti TikTok telah membantu menginformasikan banyak anak muda tentang kandidat presiden dan kampanye mereka.
”Isu-isu utama bagi para pemilih muda adalah iklim, keadilan reproduksi, kekerasan senjata, dan dukungan Biden yang sangat tidak populer terhadap pemerintah Israel,” kata Kohn-Murphy.
Baca Juga
Ia menuturkan bahwa anak muda berbagi informasi di TikTok melalui setiap individu. Hal ini membuat orang lebih mendukung pada salah satu kandidat.
Kohn-Murphy juga mencatat bahwa banyak pemilih pemula yang tidak mengetahui rekam jejak skandal politik para capres sebelumnya, seperti rekaman “Access Hollywood” mantan Presiden Donald Trump.
Namun, media sosial telah memungkinkan mereka untuk belajar dan mengetahui lebih banyak mengenai para kandidat.
“Kami berada di antara kelas lima dan kelas tujuh ketika rekaman Access Hollywood keluar. Kami sudah mati rasa dengan kata-kata dan tindakan Trump yang mengerikan, namun ini adalah hal-hal yang belum pernah kami dengar dan saya pikir TikTok telah memberikan cara untuk mengingatkan dan mengejutkan kaum muda.”
Gen Z Condong ke Kamala Harris
Sebelumnya, Kamala Harris mendapat dukungan dari anak-anak muda dari Generasi Z atau Gen Z di Pilpres 2024.
Melansir Guardian, sejumlah gen Z mengaku Kamala adalah calon yang cocok untuk maju sebagai presiden. Mereka juga senang, Biden akhirnya tergantikan oleh sosok yang lebih "masuk akal" untuk mencalonkan diri.
Will (22), seorang pekerja konstruksi asal Portlan, Oregon, mengaku bahwa Kamala bisa mendapat suara dari berbagai pihak.
"Saya pikir [Kamala Harris] adalah satu-satunya yang masuk akal. Dia akan mendapatkan suara yang tidak bisa diperoleh Biden. Dia bisa mendapatkan suara orang kulit hitam, Asia, Latin, perempuan, LGBTQ+, dan pemuda. Dia lebih mendukung kemajuan dan kesetaraan daripada orang kulit putih tua dan jika dia menang, itu akan menjadi bersejarah. Partai Demokrat membutuhkan langkah berani dan saya pikir dialah yang kita butuhkan," katanya mengutip dari Guardian.
Pemilih lain yang berusia 27 tahun mengatakan bahwa Kamala mungkin bukanlah yang terbaik untuk Amerika Serikat (AS), namun ia lebih baik dari Biden.