Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Virus Monkey Pox Jelang Indonesia-Africa Forum, Ini Langkah Antisipasinya

Pemerintah memastikan telah melakukan langkah-langkah strategis untuk penanganan virus cacar monyet atau Monkey Pox.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2023). Rapat tersebut membahas upaya penanganan COVID-19 setelah pencabutan status PPKM, khususnya pelaksanaan program vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2023). Rapat tersebut membahas upaya penanganan COVID-19 setelah pencabutan status PPKM, khususnya pelaksanaan program vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.

Bisnis.com, YOGYAKARTA – Pemerintah memastikan telah melakukan langkah-langkah strategis untuk penanganan virus cacar monyet atau Monkey Pox (MPOX) di tanah air terlebih lagi menjelang Indonesia Africa Forum di Bali.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) terkait Perkembangan Penanganan MPOX dan Persiapan Penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum di Bali, di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8/2024).

“Kita akan aktifkan lagi electronic surveilans card, dulu ingat PeduliLingdungi. Jadi orang-orang datang dari luar negeri, dia isi, nanti dikasih QR code, kalau dia kuning, hijau, merah, kalau hijau ya enggak usah diapa-apain, kalau kuning-merah kita lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam, nanti diambil PCR,” tuturnya dalam forum tersebut.

Budi mengungkapkan, bahwa pihaknya telah menyiapkan mesin PCR yang ditempatkan di Jakarta dan di Bali untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran virus sehubungan akan diselenggarakan Asia-Africa Leaders Meeting di Bali.

Dia menyebut, mesin tersebut dapat mengeluarkan hasil pemeriksaan hanya dalam waktu 30-40 menit.

“Jadi kalau ada yang kita identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi, langsung kita ambil, langsung dalam waktu singkat kita bisa lihat apakah dia positif atau tidak. Kalau dia positif langsung ditaruh di isolasi ya di rumah sakit karena obat-obatan kita sudah siapkan anti virusnya,” ujarnya.

Terkait ketersediaan vaksin, Budi menjelaskan bahwa pihaknya telah mendatangkan sebanyak 1.000 dosis vaksin pada 2022 silam. Hal tersebut dilakukan untuk merespons status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) yang dikeluarkan oleh WHO terkait penyebaran virus MPOX.

“Vaksinasinya kita sekarang kemarin kan datangkan 1.000, masih ada sisa 40 kita kirim dulu ke Bali untuk orang-orang yang berisiko tinggi, seperti petugas lab, tenaga kesehatan, kemudian grup-grup yang berisiko tinggi, kita vaksinasi,” imbuh Menkes.

Dia juga mengatakan, pemerintah telah memesan sejumlah dosis.vaksin tambahan dari Denmark dan diperkirakan akan datang dalam waktu dekat. Saat ini akan didatangkan 1.600 vaksin yang baru yang diprediksi akan tiba pada minggu ini.

Di samping itu, pemerintah juga telah menyiapkan fasilitas pengobatan bagi pasien yang terjangkit virus tersebut. Menkes menegaskan bahwa rumah sakit-rumah sakit di Jakarta dan Bali sudah disiapkan baik dari sisi fasilitasnya maupun obat-obatannya.

“Semua rumah sakit di Bali-Jakarta sudah kita siapkan ya. Sudah kita siapkan, obat-obatannya sudah dikirim ke sana, karena pengalaman kita kalau kena, 100 persen sembuh ya,” kata Menkes.

Meski begitu, dia menegaskan bahwa virus MPOX yang menjangkit sejumlah pasien di Indonesia adalah varian 2b yang fatalitasnya rendah dan dapat sembuh dengan cara diobati.

“Mpox yang di Indonesia itu varian 2b atau clade 2b, yang di Afrika itu varian 1b ya, itu fatality rate-nya tinggi mendekati 10 persen, kalau kita masih 0,1 persen,” jelas Budi.

Budi juga menjelaskan bahwa penularan virus ini hanya dapat terjadi melalui kontak fisik, seperti penularan HIV/AIDS. Oleh karena itu, masyarakat diimbau tidak terlalu khawatir karena penularan virus ini hanya terjadi pada kelompok tertentu sehingga penyebarannya tidak akan secepat Covid-19.

“Penularannya mesti kontak fisik dan terjadi di kelompok tertentu. Oleh karena itu, penyebarannya tidak akan secepat Covid-19 ya dan risikonya pasti di kelompok-kelompok tertentu,” ucapnya.

Menkes menjelaskan bahwa sampai saat ini hanya terdapat 88 orang yang terkonfirmasi positif. Sekitar 73 kasus terjadi pada 2023 dan 14 kasus terjadi pada 2024. Dia menyebut, penyebarannya pun baru terjadi di Jawa dan Kepulauan Riau.

“Kita ada 11 suspek tapi semuanya negatif ya, semuanya negatif. Jadi sesudah dites PCR dia negatif. Apalagi saya sampaikan, dari 88 ini, seratus persen sembuh ya, seratus persen sembuh. Karena seratus persen mereka adalah varian atau clade-nya 2b,” pungkas Budi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper