Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, tampil nyentrik ketika bertandang ke markas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kemarin.
Saat itu Kaesang mengenakan peci hitam, baju putih polos lengan panjang khas bapaknya, bedanya lengannya tidak dilipat sampai ke siku, dan bawahan sarung berwarna abu-abu.
Intinya, penampilan Kaesang lebih 'nyantri' dibandingkan dengan sohibul bait atau tuan rumah yakni Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, yang notabene lahir dan besar dari tradisi pesantren. PKB juga merupakan partai yang memiliki basis pemilih warga Nahdliyin yang kehidupan sehari-harinya identik dengan peci dan sarung.
Entah apa maksud dari penampilan 'nyantri' Kaesang ke kantor PKB, yang jelas penampilannya itu sangat berbeda ketika berkunjung ke markas partai politik lainnya.
Saat berkunjung ke PKS, partai yang memiliki basis massa Islam modern, penampilan Kaesang tidak nyantri seperti ketika mengunjungi PKB. Ia hanya mengenakan baju motif batik dan celana panjang.
Begitupula ketika mengunjungi kantor Nasdem, Kaesang mengenakan pakaian formal yakni mengenakan jas, dasi dan celana berwarna beige. Sedangkan saat bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto Juli lalu, Kaesang mengenakan jaket merah khas PSI.
Baca Juga
Isi Pertemuan
Adapun Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengungkap isi pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Solidaritas (PSI) Kaesang Pangarep di DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk membahas kerja sama di Pilkada Jakarta 2024.
Cak Imin, mengucapkan selamat datang atas hadirnya Kaesang beserta seluruh rombongan DPP yang hadir di kantor PKB.
“Tentu kami sangat senang dan terima kasih berkunjung ke kantor DPP PKB dengan niat yang sama untuk bersama-sama bersinergi di dalam peran kehidupan politik, demokrasi, dan pemerintahan serta negara bangsa,” jelas Cak Imin pada Selasa (6/8/2024).
Cak Imin menuturkan bahwa hal yang paling mendesak untuk dikerjasamakan adalah soal Pilihan Kepala Daerah.
Pihaknya menyambut baik tawaran kerja sama, komunikasi follow up lebih detail dari beberapa kandidat atau calon pimpinan daerah, Baik Gubernur, Bupati, Wali Kota, beserta wakilnya.
“Bahkan tadi sudah ada cocok-cocokan, sudah ada kerjasama di berbagai kabupaten dan kota,” jelasnya.
Senada dengan Cak Imin, Kaesang berharap agar kedua partai bisa bekerja sama. Khususnya di beberapa Pilkada seperti ada di Blora, Cilacap, Lamongan.
“Saya berharap PSI bisa berkolaborasi lagi nanti di Jawa Tengah maupun di DKI Jakarta,” pungkasnya.
Soal Elektabilitas
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia menilai kemungkinan munculnya kuda hitam di Pilkada Jakarta 2024 sangat kecil.
Hal itu terungkap dari hasil survei terbaru lembaga survei Indikator Politik Indonesia terhadap 800 responden dengan margin of error 3,5% pada tingkat kepercayaan 95% di wilayah Jakarta.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa ada 40 nama tokoh nasional yang sudah diajukan kepada warga DKI Jakarta untuk dipilih berdasarkan rasa ketertarikan guna mengetahui kuda hitam yang muncul.
Istilah kuda hitam ini merujuk kepada peserta dalam pertandingan yang semula tidak diperhitungkan, tetapi akhirnya menjadi pemenang.
Burhanuddin mengatakan bahwa 40 nama itu tidak asing di telinga warga DKI Jakarta antara lain Tri Rismaharini, Sudirman Said, Grace Natalie, Basuki Hadimuljono, Kaesang Pangarep hingga Haris Azhar.
"Dari 40 nama ini hanya ada tiga nama yang menonjol sementara nama lainnya hanya di bawah 2% untuk Pilkada Serentak DKI Jakarta," tuturnya di Jakarta, Kamis (25/7/2024).
Ketiga nama itu, menurut Burhanuddin adalah Anies Baswedan yang meraih 41,7% responden, Basuki Tjahaja Purnama 27% dan Ridwan Kamil 15,4% responden.
"Anies Baswedan paling banyak dipilih, lalu Ahok dan Ridwan Kamil," katanya.
Burhanuddin meyakini tidak akan ada kuda hitam di Pilkada Serentak di Jakarta. Pasalnya, jika ada kuda hitam yang dimunculkan, nama tersebut sulit untuk ditingkatkan elektabilitasnya dengan sisa waktu yang tersisa untuk perhelatan Pilkada 2024.
"Jadi tidak mudah menaikan elektabilitas di Jakarta dan tidak mudah mendapatkan dukungan dari warga Jakarta," ujarnya.
Adapun berdasarkan survei ini, nama Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep juga tercatat hanya meraih elektabilitas di bawah 2%.
Bahkan, menurut Burhanuddin, jika Ahok tidak ikut di Pilkada Jakarta 2024 dan digantikan oleh Kaesang, nama Anies tetap meraih posisi tertinggi disusul oleh Ridwan Kamil. Artinya jika Ahok tidak mengikuti Pilkada Jakarta, maka suaranya akan lari ke Anies Baswedan dan Ridwan Kamil.
"Kaesang hanya mendapatkan 5,7% dan Ridwan Kamil 33,8%, lalu Pak Anies 48,8%," katanya.