Bisnis.com, JAKARTA – Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menewaskan jurnalis jaringan berita Al Jazeera Ismail Al-Ghoul dalam serangan udara di Gaza pada Kamis (1/8/2024).
Israel mengatakan bahawa Al-Ghoul adalah seorang anggota Hamas yang telah mengambil bagian dalam serangan 7 Oktober 2023. Namun, Israel tidak memberikan bukti atas pernyataan tersebut.
Al Jazeera membantah tuduhan tak berdasar dari Israel tersebut dan menyatakan bahwa alasan itu merupakan upaya untuk membenarkan pembunuhan yang disengaja terhadap para wartawannya.
"Jaringan ini mengutuk tuduhan terhadap korespondennya Ismail Al-Ghoul, tanpa memberikan bukti, dokumentasi atau video," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (3/8/2024).
Al Jazeera menambahkan bahwa pihaknya berhak untuk mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab.
Lembaga penyiaran yang berbasis Qatar itu mengatakan bahwa Al-Ghoul dan juru kamera Ramy El Rify terbunuh pada Rabu dalam serangan Israel di Kota Gaza ketika sedang melakukan tugas pengambilan gambar di dekat rumah Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terbunuh di Iran pada hari yang sama.
Baca Juga
Militer Israel menuduh bahwa Al-Ghoul adalah anggota unit elit Nukhba yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober dan menginstruksikan para anggota Hamas untuk merekam operasi. Dikatakan bahwa ia terlibat dalam merekam dan mempublikasikan serangan terhadap pasukan Israel.
"Kegiatannya di lapangan merupakan bagian penting dari aktivitas militer Hamas," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Al Jazeera mengatakan Al-Ghoul telah bekerja untuk jaringan tersebut sejak November 2023 dan satu-satunya profesinya adalah sebagai jurnalis.
Al Jazeera juga mengatakan bahwa ia sempat ditangkap dan ditahan di Rumah Sakit Al-Shifa di bagian utara Jalur Gaza pada Maret 2024, sebelum akhirnya dibebaskan.
”Kami menyanggah dan membantah klaim palsu mereka tentang afiliasinya dengan organisasi mana pun,” lanjut Al Jazeera.
Pemerintah Israel telah melarang Al Jazeera untuk beroperasi di Israel, menuduhnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.
Al Jazeera, yang sangat kritis terhadap kampanye Israel di Gaza, membantah telah menghasut kekerasan.
Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa kematian dua kru Al Jazeera menambah jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh oleh tembakan Israel sejak 7 Oktober lalu menjadi 165 orang.