Bisnis.com, JAKARTA - Hujan deras yang terus berlanjut akibat Badai Tropis Gaemi memicu banjir bandang di timur laut China di perbatasan dengan Korea Utara.
Banjir itu menyebabkan gangguan jalur kereta api dan tanah longsor ke wilayah lain di negara itu, demikian dilansir dari reuters.
Dua pejabat, termasuk wakil walikota kota Linjiang di provinsi Jilin, hilang saat upaya penyelamatan banjir, kata stasiun televisi pemerintah CCTV, mengutip otoritas kota.
Lebih dari 27.000 orang di timur laut China dievakuasi dan ratusan pabrik menghentikan operasinya.
Angin siklon dari Gaemi, yang diturunkan tingkatannya menjadi topan, sebagian besar telah mereda pada hari Minggu, namun banyak wilayah di Tiongkok tetap waspada terhadap risiko banjir yang disebabkan oleh hujan sebelumnya.
Sisa-sisa kumpulan awan Gaemi yang luas masih bisa menyebabkan hujan turun di kota-kota yang sudah tergenang air, para peramal cuaca memperingatkan.
Baca Juga
Badai paling kuat yang melanda negara itu tahun ini menghantam kota-kota di pesisir provinsi Fujian pada hari Jumat dengan hujan lebat dan angin kencang saat badai tersebut memulai perjalanannya dari pantai tenggara ke pedalaman yang padat penduduknya.
Provinsi Jilin, yang berbatasan dengan Korea Utara, mengeluarkan peringatan yang ditingkatkan untuk hujan lebat dan banjir bandang pada Minggu pagi. Pihak berwenang Linjiang menutup sekolah, pabrik dan tempat usaha pada hari Minggu, memperingatkan bahwa “bencana banjir besar mungkin terjadi”.
Di China selatan, tanah longsor dekat kota Hengyang di provinsi Hunan pada Minggu pagi menjebak 18 orang, enam di antaranya ditemukan tewas dan enam lainnya berhasil diselamatkan, CCTV melaporkan, sementara upaya pencarian orang hilang terus dilakukan.
Layanan kereta api dihentikan di provinsi Guangdong dan pulau Hainan di Tiongkok selatan, sementara beberapa jalur kereta penumpang dibuka kembali di provinsi selatan Fujian dan Jiangxi ketika badai bergerak ke utara.
Gaemi, yang menewaskan puluhan orang saat menyapu Taiwan dan memperburuk hujan musiman di Filipina, telah berdampak pada hampir 630.000 orang di Fujian, dan hampir setengah dari mereka direlokasi, kantor berita Xinhua melaporkan.