Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengkritik keras tindakan Pemerintah Beijing yang meningkat dan melanggar hukum di Laut China Selatan dalam pertemuan puncak di Laos, pada Sabtu (27/7/2024).
Blinken secara khusus menyoroti China atas tindakan permusuhan yang dilakukan penjaga pantainya terhadap sekutu perjanjian pertahanan AS, Filipina, di Laut Cina Selatan.
Kehadiran pasukan Filipina yang berjumlah sedikit di bekas kapal angkatan laut AS yang kandas di Second Thomas Shoal telah membuat marah China selama bertahun-tahun.
Kedua negara telah terlibat dalam pertengkaran berulang kali, yang menyebabkan kekhawatiran regional tentang eskalasi yang berpotensi menyebabkan intervensi AS.
Meski begitu, Blinken juga memuji kedua negara atas diplomasi yang berhasil dilakukan setelah Manila menyelesaikan misi pasokan ulang kepada pasukan di beting yang disengketakan, tanpa halangan dari China, pada Sabtu pagi.
Dilansir Reuters, kedua pihak yakni China maupun Filipina telah mencapai kesepakatan mengenai cara melaksanakan misi tersebut, pada pekan ini.
Baca Juga
"Kami gembira mencatat keberhasilan pasokan ulang hari ini di beting Second Thomas. Kami menghargai hal itu dan berharap serta mengantisipasi agar hal ini terus berlanjut di masa mendatang," kata Blinken kepada Menteri Luar Negeri Asia Tenggara (Asean), tuan rumah pertemuan di Laos.
Selain itu, Blinken juga mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di sela-sela pertemuan tersebut, dalam pertemuan keenam mereka sejak Juni 2023.
Kunjungan keenam Blinken ke Beijing kala itu menandai peningkatan hubungan yang tegang antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Blinken membahas Taiwan dengan Wang Yi dan kekhawatiran tentang tindakan provokatif China baru-baru ini, termasuk simulasi blokade selama pelantikan Presiden Taiwan Lai Ching-te.
Seperti diketahui, Blinken menghadiri forum regional Asean di Laos, yang berfokus pada keamanan bersama para diplomat dari negara-negara besar termasuk Rusia, India, Cina, Australia, Jepang dan Uni Eropa, yang mencakup diskusi tentang konflik di Gaza dan Ukraina, ambisi nuklir Korea Utara dan ketegangan di Laut Cina Selatan.