Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2009-2014 Muhammad Nuh kecewa karena Kurikulum 2013 (K-13) yang dirancangnya kembali diubah sehingga menyebabkan skor Program for Internasional Student Assessment (PISA) Indonesia menjadi turun.
Nuh menjelaskan, K-13 dirancang karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengajarkan yang tidak diuji dan menguji yang tidak diajarkan dalam penilaian PISA dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
"Di mana ceritanya? Yang diajarkan tidak diuji, yang diuji tidak diajarkan. Ya ndak bisa dong. Oleh karena itu, kita rombak konten itu melalui K-13 itulah," jelas Nuh dalam rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/7/2024).
Menurutnya, K-13 menegaskan pentingnya keutuhan kompetensi (akhlak, keterampilan, dan pengetahuan), membangun cara berpikir tingkat tinggi; serta mengisi materi yang diujikan di TIMMS dan PISA.
Nuh mengklaim, usai K-13 diterapkan, hasilnya langsung terlihat yaitu skor PISA Indonesia meningkat selama 2012-2015. Skor PISA untuk membaca dari 396 (2012) menjadi 397 (2015); skor PISA untuk matematika dari 375 (2012) menjadi 386 (2015); dan skor PISA untuk sains dari 382 (2012) menjadi 403 (2015).
"Jadi kita pernah, naik itu pernah. Tapi ya terus berubah policy-nya [kebijakannya], berubah lagi, turun, turun, turun, dan akhirnya turun betul. Teruji," katanya.
Baca Juga
Mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh November ini menjelaskan bahwa K-13 dihentikan pada 2015. Pelaksanaan perubahannya bertahap sesuai kesiapan sekolah.
Lalu, Kurikulum Merdeka Belajar mulai berlaku pada 2018. Sejak 2015, jelas Nuh, skor PISA Indonesia selalu turun.
Skor PISA untuk membaca dari 397 (2015) menjadi 359 (2022); skor PISA untuk matematika dari 386 (2015) menjadi 366 (2022); dan skor PISA untuk sains dari 403 (2015) menjadi 383 (2022).