Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali niatnya untuk melanjutkan serangan di Jalur Gaza, Palestina, meski Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan usulan gencatan senjata baru yang menurutnya disetujui Israel.
Dilansir Antara, Sabtu (1/6/2024), kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa serangan di Jalur Gaza akan dilakukan sampai semua tujuan perang Tel Aviv tercapai. Penegasan kembali niat Israel itu dilakukan setelah Presiden AS Joe Biden muncul dan mengabarkan adanya usulan gencatan senjata baru yang menurutnya disetujui Israel.
Biden pun mendesak kelompok Palestina Hamas untuk menerima usulan gencana senjata terbaru tersebut.
"Perang tidak akan berakhir sampai semua tujuannya tercapai, termasuk kembalinya semua sandera kami dan penghapusan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas," demikian pernyataan kantor PM Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Namun, kantor PM Israel itu menambahkan bahwa Netanyahu telah memberi wewenang kepada tim perunding Israel untuk menyajikan poin-poin kesepakatan guna mencapai tujuan tersebut, khususnya terkait pembebasan para sandera.
"Garis besar yang diusulkan Israel, termasuk transisi bersyarat dari tahap ke tahap, memungkinkan Israel untuk mempertahankan prinsip-prinsip ini," simpul pernyataan itu.
Baca Juga
Adapun, usulan gencatan senjata yang diumumkan oleh Biden mencakup tiga tahap. Tahap pertama mencakup gencatan senjata penuh, kedua penarikan pasukan Israel dari daerah berpenduduk di Gaza, ketiga dan pertukaran tahanan.
Seperti diketahui, Israel telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina di Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 merenggut nyawa sebanyak 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera.
Sebanyak 105 tawanan dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata singkat pada November dengan imbalan 240 tahanan Palestina.
Sekitar 125 orang masih ditawan, dan banyak dari mereka diyakini tewas akibat serangan udara Israel.
Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh AS, Qatar dan Mesir, sejauh ini gagal mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata permanen.