Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Ketua Partai Kekuatan Rakyat (PPP) di Korea Selatan Kim Gi-Hyeon mengakui strategi Jokowi merangkul oposisi membuat politik Indonesia menjadi stabil.
Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi yang terpilih untuk kedua kali mengajak oposisinya Prabowo Subianto menjadi sekutu sejak 2019. Adapu Ketua Partai Gerindra itu mendapatkan jabatan sebagai Menteri Pertahanan.
Strategi Jokowi lantas menjadi salah satu perbincangan program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan oleh Korea Foundation bekerja sama dengan Foreign Policy Community of Indonesia.
Di kantornya di Seoul, Kim Gi-Hyeon yang kini menjabat sebagai anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon di Seoul, Korea Selatan menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner yang berasal dari latar belakang sipil.
Menurutnya kemampuan Jokowi mengubah sikap oposisi menjadi sekutu layak mendapat acungan jempol karena bisa mengajak mereka duduk di kursi pemerintahan.
“Saya rasa Presiden Jokowi telah berkontribusi besar pada demokrasi, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan peran Indonesia dalam panggung global,” kata Kim ketika berdiskusi dengan delegasi wartawan Indonesia di Majelis Nasional Korsel.
Baca Juga
Kim, yang pernah menyambut kunjungan Presiden Jokowi ke Seoul pada 2022, berharap kepemimpinan Jokowi bisa diteruskan oleh Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto, yang memenangi Pilpres Indonesia pada Februari lalu.
“Presiden terpilih (Prabowo) memiliki beragam latar belakang dalam perjalanan karirnya. Saya berharap dia bisa memimpin pembangunan Indonesia lebih lanjut dengan didukung stabilitas,” ujar Kim.
Di sisi lain, Kim baru saja mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena merasa tidak mampu memenuhi tanggung jawab yang besar dalam mereformasi partai dan berkontribusi pada keberhasilan pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol.
Pengunduran diri Kim pada Desember 2023 mencerminkan tekanan internal dan ketidakpuasan publik yang dihadapi PPP, yang kemudian disusul dengan kekalahan partai itu dalam pemilu parlemen Korsel.