Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bahwa perubahan iklim 2024 membuat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali meningkat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi mengatakan telah berhasil menurunkan kasus DBD dari 143.000 ke 115.000 kasus pada 2023, sebelum meningkat kembali pada 2024.
Menurutnya, diagnosis terhadap DBD perlu ditingkatkan, agar dapat mengetahui penyakit tersebut dapat menular dari hewan dan lingkungan.
"Kita butuh deteksi, tentang rapid test, karena ini perlu didistribusikan di fasilitas kesehatan dasar kita, karena Dengue memiliki konsekuensi yang parah apabila telat ditangani," katanya, dalam Arbovirus Summit di YouTube Kemenkes RI, dikutip Kamis (25/4/2024).
Adapun setelah Covid-19, dia menyatakan bahwa gejala Dengue perlu diwaspadai, karena menurutnya sekitar 50% kasus Dengue tidak memiliki gejala.
Dia menegaskan bahwa perlu adanya sistem yang dapat mendeteksi penyakit DBD, baik yang ditularkan melalui binatang atau disebabkan karena lingkungan, termasuk yang terdampak dari perubahan iklim.
Baca Juga
"Perubahan iklim tak hanya membebani pelayanan kesehatan, karena membuat kasus semakin naik, tetapi kami juga menimbang bahwa perubahan iklim akan membebani sistem kesehatan. Sebagai contoh, kekeringan," ujarnya.
Adapun, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sebelumnya bahwa insiden dengue telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir, khususnya di Amerika.
Kemudian dia mengatakan bahwa WHO telah mendukung pengendalian vektor, pengawasan, perawatan klinis, pelatihan kepada 6000 lebih petugas kesehatan.