Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto merasa telah terjadi banyak keanehan atau anomali dalam hasil quick count Pilpres 2024 yang muncul pada hari ini, Rabu (14/2/2024).
Hasto mencontoh, adanya perbedaan 180 derajat antara harapan warga Indonesia di dalam dan luar negeri. Dia membandingkan hasil exit poll luar negeri dengan quick count dalam negeri.
Exit poll luar negeri dari sejumlah lembaga menunjukkan di banyak negara pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Ganjar Pranowo - Mahfud dan paslon nomor urut 1 Anies Baswedan unggul di banyak negara. Sementara itu, hasil quick count dalam negeri malah Paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming yang jauh unggul.
"Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih," jelas Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024) malam.
Sementara itu, menurutnya, di dalam negeri banyak aspek kecurangan dari hulu ke hilir. Hasto pun menyinggung soal fenomena overshooting alias hasil operasi kotor yang berlebihan dari target.
"Jadi kalau berburu itu nembaknya berlebihan. Ini pernah terjadi di Timor-Timur pada Pemilu 1997 ketika suatu operasi masif dilakukan, maka sampai rezim penguasa saat itu kaget karena partai penguasa saat itu sampai mendapatkan hampir 100%," ujarnya.
Baca Juga
Tak hanya itu, Hasto juga menjelaskan padahal berdasarkan hasil quick count PDIP sebagi partai pengusung utama Ganjar-Mahfud mendapatkan suara terbanyak dari partai lain. Namun, Ganjar-Mahfud sendiri malah meraih suara terburuk.
Bahkan, dia bingung hasil quick count menunjukkan Ganjar-Mahfud kalah dengan Prabowo-Gibran di sejumlah wilayah dengan basis pendukung PDIP.
Oleh sebab itu, PDIP akan usulkan ke Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud agar membentuk tim khusus untuk mengumpulkan berbagai bukti-bukti kecurangan Pemilu 2024.