Bisnis.com, SOLO - Kasus Covid-19 di Singapura naik dua kali lipat dari yang semula 10.726 kasus, menjadi 22.000 kasus pada awal Desember 2023.
Melansir Straits Times, Kementerian Kesehatan (Depkes) Singapura mengatakan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Singapura ini kemungkinan disebabkan karena tingginya perjalanan atau traveling, berkurangnya imun, hingga munculnya varian baru.
Meskipun varian yang paling umum saat ini adalah HK.3, yang menyumbang hampir separuh jumlah infeksi. HK.3 merupakan sub-varian dari EG.5.1 yang dominan sejak Juli.
Kemudian seluruh varian virus Covid-19 yang beredar saat ini merupakan subvarian Omicron.
“Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar,” katanya.
Traveling jadi penyebab
Baca Juga
Dr Asok Kurup, seorang ahli penyakit menular di praktik swasta, mengatakan peningkatan ini mungkin disebabkan oleh lebih banyak orang yang bepergian selama liburan sekolah baru-baru ini, yakni pada 2-10 September 2023, dan membawa infeksi kembali.
Selain itu, Singapura juga menjadi tuan rumah balapan F1 Singapura Grand Prix selama tiga hari dari 15 hingga 17 September, yang menarik lebih dari 260.000 penonton.
Dr Kurup mengatakan hal ini mungkin menyebabkan lonjakan kasus yang tidak terdeteksi pada awalnya, “tetapi penularan silang ke mereka yang lebih rentan dan cenderung mencari perawatan medis mungkin bisa menjelaskan tren saat ini”.
Depkes tetap tenang
Meskipun tingginya musim menjadi penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Singapura, namun Depkes tidak merasa perlu khawatir karena jumlah orang yang terinfeksi “saat ini rendah dibandingkan gelombang sebelumnya”.
“Rata-rata rawat inap baru akibat Covid-19 setiap hari dan rata-rata kasus harian baru di ICU (unit perawatan intensif) juga tetap rendah,” katanya tentang lonjakan kasus saat ini di situs webnya tentang Covid-19.
Namun pihaknya juga tetap mendesak masyarakat untuk menjaga kebersihan pribadi seperti memakai masker dan meningkatkan imun.
Depkes juga mengimbau masyarakat untuk mengikuti perkembangan vaksinasi Covid-19, termasuk dosis booster sekitar satu tahun setelah dosis booster terakhir untuk mereka yang berusia 60 tahun ke atas.