Bisnis.com, SOLO - Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dinilai blunder dan tidak nyambung saat ditanya soal solusi lapangan kerja.
Seorang wanita memberikan pertanyaan kepada Gibran, mengenai solusi apa yang bisa diberikan untuk mengatasi sulitnya mencari pekerjaan.
Mendengar pertanyaan itu, Gibran hanya menjawab enteng.
"Jadi pengusaha. Masih mau ngelamar kerja? Jadi pengusaha aja ya. Nggak usah ikut orang. Ciptakan lapangan pekerjaan, mandiri dan belajar ya," ujarnya kepada wanita tersebut.
Jawaban Gibran ini kemudian viral di media sosial dan mendapat banyak komentar dari warganet. Ia pun dinilai tidak solutif.
Namun ternyata menjadi wirausaha ini adalah salah satu hal yang tercatat dalam visi, misi, dan program Prabowo-Gibran 2024 Bersama Indonesia Maju.
Baca Juga
"Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur," tulis kalimat dalam dokumen visi-misi Prabowo-Gibran.
Adapun cara mendorong kewirausahan yang diinginkan oleh pasangan Prabowo-Gibran ini yakni berkaitan dengan pemberian bantuan untuk membuka usaha.
Bantuan tersebut dilakukan melalui Gerakan Ekonomi Kerakyatan dengan membangun pusat kewirausahaan di tingkat kabupaten untuk memperkuat produk-produk UMKM.
"Mendorong digitalisasi UMKM sebagai salah satu jalan utama dalam memperkuat perekonomian Indonesia dan menghasilkan manfaat sosio-ekonomi yang lebih luas bagi komunitas dan masyarakat," tulis visi-misi nomor 6.
Pihaknya juga ingin melakukan digitalisasi UMKM dengan mengembangkan sistem pembiayaan alternatif.
Selain itu, baik Prabowo maupun Gibran juga ingin menghapuskan birokrasi dan regulasi yang bisa menghambat calon-calon wirausaha muda.
Di sisi lain, visi-misi soal lapangan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasangan Prabowo-Gibran pun dinilai masih belum jelas.
Hal ini dilontarkan oleh Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada Tadjudin Nur Effendi pada Selasa (31/10/2023).
Menurutnya, soal janji menciptakan lapangan kerja yang berkualitas juga harus diperinci lebih lanjut.
“Apakah kerja di manufaktur, apakah jadi pegawai negeri, kan harus jelas. Berkualitas mempunyai spesifik pengetahuan teknis atau apa, kompetensi atau apa. Berkualitas yang dimaksud seperti apa kan nggak jelas,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menuturkan bahwa per tahunnya, terdapat 2-2,5 juta angkatan kerja yang berusaha untuk masuk pasar kerja menurut survei angkatan kerja oleh Sakernas. Untuk itu, jika ingin menekan angka pengangguran, maka dibutuhkan 2,5-3 juta lapangan kerja baru per tahun.
“Tapi bagaimana 2,5 juta itu apa yang dikerjakan, itu kan harus jelas juga. Kalau sekarang ini tenaga kerja kita ini bisa masuk ke mana saja? Tapi kalau mereka buat janji dalam pemilu kan harus jelas lapangan kerjanya,” tuturnya.