Pemerintah di seluruh dunia menyambut baik perjanjian tersebut, dan beberapa pihak menyatakan harapan bahwa perjanjian ini akan mengakhiri perang secara permanen.
“Ini bukan sekedar jeda sebelum pembantaian terjadi lagi,” kata Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB kepada Dewan Keamanan.
Namun para pejabat Israel mengatakan gencatan senjata itu hanya bersifat sementara.
“Kami tidak akan mengakhiri perang. Kami akan terus melanjutkannya sampai kami menang,” kata Kepala Staf Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, kepada pasukan yang dia kunjungi di Gaza.
Menjelang jeda yang diperkirakan, pertempuran berkecamuk.
Alarm anti-roket dibunyikan di kibbutz Israel dekat perbatasan Gaza dan ledakan terdengar serta awan kelabu tebal melayang di atas Gaza utara, yang sebagian besar telah hancur menjadi puing-puing.
Baca Juga
Pejabat Kementerian Kesehatan Hamas Munir al-Bursh mengatakan bahwa tentara Israel telah menggerebek Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.
Israel tidak segera mengomentari operasi apa pun di fasilitas tersebut, yang telah menjadi tempat aktivitas militer selama berhari-hari.
Israel telah berulang kali mengklaim bahwa rumah sakit telah digunakan oleh Hamas untuk menyamarkan fasilitas komando dan kontrol bawah tanah.
Pasukan Israel menahan Direktur Al Shifa – rumah sakit terbesar di Gaza – Mohammad Abu Salmiya dan personel medis lainnya pada Kamis (23/11/2023).
Hamas dan staf medis membantah adanya pangkalan di bawah rumah sakit terbesar di Gaza.
Sementara itu, pemboman udara Israel terus berlanjut terhadap sasaran di kota bagian Selatan Khan Yunis, mengirimkan bola api merah dan kuning serta asap hitam besar ke udara.
Di kamp pengungsi terbesar di Gaza, Jabalia, seorang dokter Palestina mengatakan sedikitnya 27 orang tewas dan 93 lainnya luka-luka di sebuah sekolah yang dikelola PBB tempat ribuan warga sipil yang mengungsi berlindung.
Di perbatasan Utara Israel, kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran mengatakan pihaknya telah meningkatkan serangannya dari Lebanon selatan, tempat pemboman Israel menewaskan tujuh pejuangnya, termasuk anggota unit elit.
Sejak perang Israel-Hamas dimulai, baku tembak mematikan di perbatasan telah menewaskan 109 orang di Lebanon, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah, dan sembilan orang di Israel, sebagian besar dari mereka adalah tentara, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.