Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berterima kasih kepada Korea Utara (Korut), karena telah mendukung perang negaranya di Ukraina dan menjanjikan dukungan dan solidaritas penuh Moskow kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
Melansir Reuter, Kamis (19/10/2023), Lavrov tiba di Pyongyang pada hari Rabu (18/10/2023), untuk pertemuan yang dianggap sebagai persiapan untuk kunjungan Presiden Vladimir Putin, yang telah meningkatkan kerja sama dengan Korea Utara yang terisolasi secara politik.
Berbicara pada resepsi yang diselenggarakan oleh Korea Utara pada hari Rabu (18/10/2023), Lavrov mengatakan Moskow "sangat" menghargai "dukungan tak tergoyahkan dan berprinsip" dari Pyongyang untuk perang, yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus."
"Demikian juga, Federasi Rusia memberikan dukungan penuh dan solidaritasnya terhadap aspirasi DPRK dalam jalur pembangunan yang mereka pilih," kata Lavrov menurut transkrip pidato yang dirilis di situs web kementerian luar negeri Rusia.
DPRK adalah inisial dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Media pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa kunjungan Lavrov akan menandai "peristiwa penting" dalam mengkonsolidasikan hubungan antara kedua negara.
Baca Juga
Foto-foto yang dirilis oleh kementerian luar negeri Rusia menunjukkan Lavrov disambut oleh orang-orang yang memegang bunga dan bendera kedua negara setibanya di Korea Utara.
Kunjungan Lavrov selama dua hari ini dilakukan sebulan setelah Kim melakukan kunjungan langka ke Rusia. Dia diundang Putin ke Pyongyang dan mendiskusikan kerja sama militer.
Kunjungan minggu ini akan menawarkan "kesempatan berharga" untuk meninjau dan menguraikan langkah-langkah praktis untuk implementasi kesepakatan yang dicapai antara kedua pemimpin, kata Lavrov.
Kantor berita Rusia TASS sebelumnya mengatakan Lavrov mungkin juga akan memberikan pengarahan kepada Korea Utara mengenai hasil kunjungan Putin ke China.
Gedung Putih minggu lalu mengatakan Korea Utara baru-baru ini memberikan Rusia sebuah pengiriman senjata yang disebutnya sebagai sebuah perkembangan yang mengkhawatirkan.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa tuduhan Barat itu tidak didasarkan pada bukti. (Andy Repi)