Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok peretas mengatakan telah menyerang Israel secara online di tengah perang yang terjadi antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza.
Konflik Israel dengan negara-negara tetangga Arab secara rutin menarik perhatian global dan para peretas yang berpikiran politik atau hacktivist yang mendukung pertempuran, menyerang secara online, baik untuk mendukung pihak yang mereka sukai atau sekadar mendapatkan perhatian.
“Ada lusinan korban setiap hari, yang diklaim oleh kelompok (peretas) yang sudah ada dan yang baru,” kata perusahaan intelijen dunia maya Recorded Future.
Dampak buruk yang serius atau jangka panjang dari serangan online itu masih sedikit, namun aktivisme menunjukkan sebagian pendukung menggunakan alat digital untuk mewujudkan perang secara online.
Sejauh ini, sekelompok peretas yang mendukung Hamas yang dikenal sebagai AnonGhost, mengklaim bahwa mereka mengganggu aplikasi peringatan darurat Israel.
Kelompok lain, bernama AnonymousSudan, mengatakan melalui Telegram b ahwa mereka secara aktif menargetkan infrastruktur penting Israel, meskipun kelompok tersebut hanya memberikan sedikit bukti atas klaim mereka.
Baca Juga
Analis keamanan menyatakan ada lebih dari 100 situs web di Israel telah dirusak atau diganggu untuk sementara melalui serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS), yang bekerja dengan membanjiri situs dengan lalu lintas tidak autentik.
Pemimpin Redaksi Jerusalem Post Avi Mayer mengatakan dalam email bahwa para penyerang telah berhasil membuat perusahaannya offline untuk waktu yang cukup lama.
“Ini adalah serangan terang-terangan terhadap kebebasan pers," katanya, seperti dilansir dari CNA, pada Rabu (11/10/2023).
Sementara itu, tim tanggap darurat komputer Israel atau CERT, tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pihaknya menyatakan sulit untuk menentukan keakuratan klaim para hacktivist.
Dinamika yang sama terjadi setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan pasukan sukarelawan peretas pro-Ukraina mengaku bertanggung jawab atas berbagai serangan terhadap situs web Rusia dan layanan online lainnya.
Meski begitu, para analis memperkirakan aktivitas spionase siber yang signifikan tentu akan terjadi di balik layar.
Sementara itu, Microsoft merilis sebuah laporan yang mencatat satu kelompok peretas yang berbasis di Gaza yang dikenal sebagai Storm-1133 telah meningkatkan upaya mata-mata dunia maya terhadap perusahaan-perusahaan Israel yang terlibat di bidang telekomunikasi, pertahanan, dan energi, pada awal tahun ini.
“Kami menilai kelompok ini berupaya memajukan kepentingan Hamas,” kata laporan tersebut.
Kepala Ekskutif Perusahaan Keamanan Siber Israel Profero Omri Segev Moyal mengatakan perusahaannya baru-baru ini mendeteksi beberapa aktivitas peretasan yang terkait dengan kelompok mata-mata Iran yang dijuluki Muddy Water.
Selain itu, juga mendeteksi adanya upaya intrusi yang berpotensi terkait dengan Molerats, kelompok lain yang diyakini para peneliti bertindak untuk Hamas. Dia menyatakan bahwa aktivitas Molerats berhenti setelah pengeboman dimulai.