Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin ingin perang dengan Ukraina sesegera mungkin berakhir.
Konflik yang sudah berlangsung selama 19 bulan di Ukraina tersebut sejauh ini belum menunjukan tanda-tanda akan selesai.
“Sangat jelas bahwa perang ini akan berlangsung lama,” kata Erdogan, kepada PBS News dilansir dari Newsweek, Rabu (20/9/2023).
Ankara telah bertindak sebagai negosiator antara Moskow dan Kyiv sejak pecahnya perang habis-habisan di Ukraina pada Februari 2022.
Turki terlibat dalam kesepakatan biji-bijian di Laut Hitam yang ditengahi PBB, yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian dari pelabuhan di wilayah selatan untuk mencegah kekurangan pangan global. Namun Rusia menolak memperbarui perjanjian tersebut pada Juli lalu.
Selain itu, Turki telah mengirimkan bantuan militer ke Ukraina, termasuk kendaraan udara tak berawak (drone).
Baca Juga
Meski begitu, Ankara juga mempertahankan hubungan ekonomi dengan Rusia dan menghindari sanksi yang sama terhadap Kremlin seperti negara-negara NATO lainnya terkait perang tersebut.
“Rusia merupakan salah satu tetangga terdekat saya. Moskow sama, dapat diandalkan seperti negara-negara Barat. Pada saat ini, saya mempercayai Rusia sama seperti saya mempercayai Barat,” katanya.
Erdogan menegaskan bahwa Putin sebenarnya berada di pihak yang ingin mengakhiri perang di Ukraina sesegera mungkin.
Para analis berpendapat bahwa Rusia diperkirakan akan menyelesaikan invasinya ke Ukraina dalam waktu satu setengah pekan, sehingga memperoleh kemajuan besar, sejak awal invasi yang dimulai pada 24 Februari 2022.
Namun hal tersebut gagal terwujud, karena para ahli mengatakan adanya pembangkangan dari Ukraina yang mengejutkan Kremlin.
Analisis Barat juga menunjukkan bahwa Moskow membuat sejumlah kesalahan krusial pada tahap awal, termasuk cara dalam menggunakan awak tanknya, sehingga menyebabkan kerugian besar pada personel berpengalamannya.
Rusia saat ini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina yang diakui secara internasional. Serangan balasan yang dilakukan Kyiv, yang dimulai pada awal Juni, telah memukul mundur beberapa posisi Rusia di wilayah selatan dan timur negara yang dianeksasi tersebut.
Namun sejauh ini kemajuan yang dicapai tampak lebih lambat dari yang diharapkan oleh Ukraina dan para pendukungnya.
Ukraina menyatakan pihaknya telah mereklamasi dua desa Donetsk dekat Kota Bakhmut di bagian timur yang hancur, yang direbut Rusia pada Mei lalu, dalam sepekan terakhir.
Ukraina juga mengatakan bahwa mereka berada di antara garis pertahanan pertama dan kedua Rusia di sekitar Robotyne, sebuah kota di wilayah selatan Zaporizhzhia yang pernah dilanda pertempuran sengit, pada awal September lalu.